Sasar Tempat Ibadah, Serangan Bom Surabaya Disebut Tiru ISIS
Associated Press
Nasional

Generasi baru teroris disebut muncul dengan pola serangan yang mirip dengan aksi kelompok teror lawas.

WowKeren - Serangkaian serangan bom yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur, masih menjadi perhatian masyarakat. Pada Minggu (13/5) diketahui tiga gereja di Surabaya diledakkan oleh beberapa orang teroris yang diidentifikasi merupakan satu keluarga. Belum selesai publik berduka, pada Senin (14/5), ledakan kembali terjadi di depan kantor Mapolrestabes Surabaya sekitar pukul 08.50 WIB.

Sebelumnya, ledakan juga diberitakan terjadi di sebuah rumah susun di Sidoarjo. Ledakan yang terjadi di sana diduga karena pelaku tidak sengaja meledakkan bom saat melakukan perakitan.

Serangkaian kejadian ini disebut-sebut meniru strategi dari kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Akan tetapi, hal yang mengejutkan ditemukan dalam serangkaian serangan bom yang menewaskan belasan orang dan menyebabkan puluhan luka-luka ini.

Sebuah keterangan terkait aksi serangan bom ini diungkapkan oleh mantan narapidana terorisme, Ali Fauzi Manzi. Ia mengaku terkejut dengan pola serangan yang dilakukan oleh para teroris di Surabaya ini. Menurutnya, target pengeboman yang kembali menyasar tempat-tempat ibadah merupakan taktik lawas dari ISIS. Menurut penjelasan Ali, hal itu persis seperti yang dilakukan oleh kelompok teror pada era 1900 an dan awal 2000-an.


"Dengan mengorbankan seluruh anggota keluarga, aksi seperti ini mengadopsi aksi grup mereka di Irak, Suriah, Afghanistan," jelas Ali dilansir CNNIndonesia pada Selasa (15/5). "Ini serangan copy paste milik ISIS."

Ali melanjutkan keterangannya dengan mengatakan bahwa pada tahun 2011 hingga 2017, serangan teror selalu menargetkan polisi, TNI, atau aparat negara lain. Akan tetapi, penyerangan pada gereja ini menunjukkan pola yang lain.

Ali berpendapat bahwa ada pertimbangan dari kelompok baru mengenai serangan bom di Surabaya ini. "Penyerangan gereja ini menunjukkan pola berbeda. Ada pertimbangan kelompok baru kenapa harus menjadikan gereja sebagai sasaran," lanjut Ali.

Ali menambahkan bahwa para teroris generasi baru ini banyak bermunculan usai kematian dr. Azahari dan juga Noordin Mohammad Top pada tahun 2010 yang lalu. Para teroris generasi baru ini kemudian banyak yang pergi dan bergabung bersama dengan ISIS. Sepulangnya dari Suriah, mereka kembali ke Tanah Air dan melanjutkan gerakan teror yang sudah mereka pelajari di sana.

"Hubungan terorisme Indonesia dan global cukup kuat," sambung Ali. "Mentor-mentornya masih ada di sana, masih bisa kirim e-mail dan pesan buat melakukan serangan brutal."

(wk/silm)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru