Ditetapkan Tersangka, Warga Ungkap Keanehan Istri Teroris yang Ditembak Mati di Surabaya
Nasional

Warga mengatakan bahwa Yanti menunjukkan perbedaan dalam hal tampilan dan sikap selama setahun belakangan.

WowKeren - Berbagai pemberitaan terkait peristiwa pengeboman di Surabaya pada Minggu (13/5) dan Senin (14/5) kemarin masih menjadi pembicaraan hangat. Usai kejadian yang menelan banyak korban tersebut, diketahui tim Densus 88 juga terlibat dalam baku tembak dengan seorang terduga teroris di Jalan Sikatan, Manukan Kulon, Surabaya. Akibat kejadian tersebut, terduga teroris bernama Dedi Sulistianto, berhasil ditembak mati oleh tim Densus 88 karena melakukan perlawanan.

Tak hanya Dedi, istrinya, Suyanti, juga telah resmi ditetapkan sebagai tersangka. Para warga sekitar tempat tinggal pasangan suami istri ini mengaku kaget dan tidak menyangka bahwa tetangganya itu merupakan seorang teroris.

"Warga-warga semua kaget, mas," ungkap Didi Kurniawan, salah seorang tetangga Dedi dan Yanti dilansir Detik pada Kamis (17/5). "Saya saja kemarin baru pulang habis cuci muka, datang lihat Densus 88 dibilang 'minggir pak, minggir pak, ada teroris', saya nggak lari, malah dekati."

Menurut pengakuan Didi, pasutri tersebut sudah lama tinggal di sana. Akan tetapi, keduanya beberapa kali berpindah tempat kos. "Tinggalnya pindah-pindah. Kos yang ini udah yang ketiga kali," jelas Didi.

Selama ini, Yanti dikenal sebagai orang yang terbuka. Ia juga sering mengikuti beberapa kegiatan warga. Oleh karena itu, banyak tetangga Yanti yang kaget saat ia diketahui menjadi istri seorang teroris. "Sering komunikasi sama warga lain. Nggak tertutup orangnya. Sering-sering juga ikut kegiatan-kegiatan disini. Nggak kelihatan lah," sambung Didi.


Guru ngaji ketiga anak Dedi dan Yanti, Siti Muniro, pun mulai menaruh kecurigaan. Hal itu terjadi ketika salah satu anak Yanti yang berinisial D, tiba-tiba berhenti sekolah ketika akan masuk TK.

Penasaran, Siti pun menanyakan hal ini pada Yanti. Menurut penjelasan Yanti, ia hanya ingin mendaftarkan anaknya itu ke pondok pesantren.

Siti pun mengatakan kalau Yanti tidak menyukai metode pengajaran di TK yang kebanyakan diajari menyanyi. "Sempat ngomong dia, 'Lho bu, masuk sekolah anak-anak cuma diajar nyanyi'. Padahal kan memang begitu, anak-anak sebelum masuk kelas, nyanyi lagu kebangsaan dulu," jelas Siti.

Keanehan semakin muncul saat anak-anak Yanti tidak diperbolehkan makan-makanan yang berbau darah. Meskipun demikian, Siti pernah mengetahui salah satu anak Yanti memakan ayam. Saat ditanya, mereka mengatakan bahwa boleh memakan ayam asalkan disembelih oleh ayahnya.

"Cerita-cerita sama yang lain, katanya beli ayam itu nggak boleh. Makanan yang berbau darah itu nggak boleh, hanya tahu tempe," lanjut Siti. "Saya tanya 'sudah mangan, le?', 'sudah' 'makan apa?' 'ayam' 'loh katanya nggak boleh', 'boleh, bu. Tapi ayamnya harus ayah yang sembelih."

Setahun belakangan ini, Siti pun menyadari bahwa ada yang berubah dari cara berpakaian Yanti. Ibu tiga anak tersebut memakai jilbab dan menggunakan pakaian-pakaian longgar. Tidak hanya itu, cara berbicara Yanti pun menjadi lebih sopan dari biasanya.

(wk/silm)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru