Tinggalkan Animal Testing, Selamatkan Hewan dengan Menggunakan Produk Kosmetik Cruelty Free
Getty Images
Lifestyle

Animal testing dilakukan untuk meminimalkan terjadinya dampak yang merugikan pada manusia dan malah mengorbankan hewan uji coba.

WowKeren - Kosmetik merupakan kebutuhan wajib wanita yang dapat menunjang penampilan. Namun, apakah kalian tahu bagaimana proses pembuatannya? Apa kalian tahu beberapa produk kosmetik masih menggunakan hewan sebagai subyek uji coba?

Mungkin beberapa kalian mengetahuinya, namun masih tak acuh akan hal tersebut. Animal testing atau percobaan terhadap satwa merupakan penelitian dengan menggunakan satwa sebagai objek penderita. Tujuan animal testing ini sebenarnya tidak hanya untuk kosmetik, namun juga kesehatan, pangan dan masih banyak lagi.

Animal testing dilakukan untuk meminimalkan terjadinya dampak yang merugikan pada manusia. Hewan menjadi "sasaran" karena struktur anatomi manusia dan hewan cukup mirip serta biayanya juga lebih murah. Jadi, hal ini sama saja dengan mengorbankan hidup makhluk lain dengan cara-cara yang terkadang kejam demi kehidupan manusia.

Beberapa negara seperti Uni Eropa, Norwegia, India, Israe, Brasil, Turki, Korea Selatan dan New Zealand telah melarang animal testing di negaranya. Mereka juga melarang produk impor untuk masuk ke pasar jika masih melakukan metode tersebut. Namun, secara keseluruhan, 80% negara di dunia masih memperbolehkan metode animal testing dilakukan pada industri kosmetik.

Dampak Animal Testing pada Hewan

Setiap tahunnya terdapat lebih dari 115 juta hewan termasuk tikus, marmut, kelinci, anjing dan hewan lainnya digunakan dalam eksperimen di lab industri kosmetik. Biasanya hewan-hewan tersebut akan melalui tes iritasi mata dan kulit. Eksperimen itu dilakukan dengan mencukur bulu hewan kemudian mengoleskan zat kimia pada kulit mereka atau diteteskan pada matanya. Seperti yang kalian tahu, tidak semua eksperimen berhasil dilakukan. Para hewan mengalami luka, terbakar, lumpuh, mengalami stres bahkan tak sedikit yang mati.


Selain itu, akibat menjadi objek eksperimen, tikus uji coba banyak yang mengalami tumor, padahal relevansi dari hasil pengujiannya hanya sedikit. Berdasarkan data dari Cruelty Free International, organisasi yang bergerak di bidang perlindungan hewan, diperkirakan ada sekitar 500 ribu hewan yang dijadikan bahan percobaan untuk animal testing. Setiap tahun juga, ada 10,1 hingga 17 juta ekor kucing dan ajing yang mati hanya karena animal testing.

Animal Testing Tidak Begitu Efisien atau Akurat

Perlu kalian tahu bahwa percobaan pada hewan tidak 100% efektif dan aman karena memang gen antara manusia dan hewan berbeda. Monyet atau simpanse hanya memiliki 99% kesamaan dengan manusia, jadi masih ada 1% kemungkinan bahwa produk tersebut tidak aman bahkan setelah diuji-cobakan.

Jumlah hewan yang menjadi korban di laboratorium yang mencapai ratusan juta tidak sebanding dengan hasil temuan bahan yang kemudian disetujui oleh drug regulator yang jumlahnya hanya 25 bahan per tahun. 95% dari jumlah bahan-bahan yang sudah diuji coba ke hewan ternyata gagal ketika dicoba pada manusia melalui human tials.

Maka dari itu, hindari penggunaan animal testing. Kini telah banyak produk kosmetik dengan label cruelty free yang berarti tidak membahayakan atau membunuh hewan. Hal ini terkait dengan bahan pembuatan maupun proses pembuatannya. Seperti kalian ketahui banyak produk yang menggunakan produk hewani seperti lilin lebah, lendir siput dan masih banyak lagi.

Selain itu, terdapat lebel Leaping Bunny yang merupakan nlabel resmi PETA. Label tersebut juga memastikan produk kalian tersebut tidak pernah dites pada hewan. Label ini juga berlaku di internasional.

Nah, banyak pilihan produk seperti Body Shop, City Color, BYS Cosmetics dan lainnya yang berlabelkan cruelty free. Jadi, tidak ada alasan lain untuk tetap menyakiti hewan, kan?

(wk/nris)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait