Waduh! Banjir Bisa Tingkatkan Risiko Penularan Corona, DKI Jakarta Sudah Siapkan Solusi?
SerbaSerbi

Berkaca pada Jepang, bencana banjir disebut ahli wabah dapat meningkatkan risiko penyebaran virus corona. Lantas, bagaimana situasi dan solusi DKI Jakarta dalam menghadapi banjir di tengah pandemi?

WowKeren - DKI Jakarta sekarang tidak hanya dihantam pandemi virus corona yang masuk dalam kategori bencana non-alam. Bencana banjir mulai melanda ibu kota setelah hujan deras yang mengguyur DKI Jakarta pada Senin (21/9) telah menggenangi sejumlah ruas jalan.

Situasi Jakarta tentunya menjadi semakin krisis lantaran berperang dengan pandemi virus corona dan ancaman banjir di musim hujan. Terlebih, DKI Jakarta telah menjadi penyumbang kasus virus corona tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan data covid19.go.id, sebanyak 25,3 persen kasus virus corona di Tanah Air berasal dari DKI. Hingga Selasa (22/9) siang, sudah ada 63.318 penduduk ibu kota yang terinfeksi COVID-19.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 49.546 pasien dinyatakan sembuh dan 1.570 orang meninggal dunia. Sedangkan 12.202 orang lainnya masih berjuang untuk sembuh dari virus corona dengan menjalani isolasi mandiri ataupun perawatan di rumah sakit.

Virus Corona

Berbagai Sumber

Dampak lonjakan kasus virus corona, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta langsung menarik rem darurat dan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat. Hal ini dilakukan demi menekan penyebaran virus corona semakin meluas dan ancaman meluapnya rumah sakit untuk merawat pasien COVID-19.

Peristiwa banjir di tengah pandemi virus corona ini juga rupanya sempat menghantam Jepang beberapa waktu lalu. Berkaca pada Jepang, ditemukan jika bencana banjir ternyata meningkatkan risiko penularan COVID-19.

Pada Juli lalu, bencana banjir telah melanda Jepang Selatan. Akibatnya, lebih dari 1,2 juta warga Jepang langsung mengungsi. Tercatat, 52 jiwa tewas dan 11 lainnya dinyatakan hilang akibat bencana banjir yang melanda sebagian besar wilayah Kyushu. Bencana ini juga telah memicu tanah longsor hingga menelan sejumlah rumah.

Dalam beberapa tahun terakhir, banjir paling parah memang kerap terjadi di Prefektur Kumamoto, Oita, Miyazaki, Fukuoka, Nagasaki, dan Saga. Bencana tersebut telah membuat pemerintah pusat mengumumkan keadaan darurat tingkat lima, yang merupakan level tertinggi.


Pemerintah Jepang pun menyatakan kekhawatirannya terhadap risiko penyebaran virus corona yang semakin meningkat. Sebab, banyak di antara korban banjir yang juga mengungsi merupakan orangtua atau rentan, dan harus bercampur dengan orang lainnya di lokasi penampungan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyebaran virus corona.

Banjir Jepang

Berbagai Sumber

"Kami sangat prihatin karena orang-orang yang tinggal di fasilitas darurat ini harus berdekatan satu sama lain untuk waktu yang lama, dan itu masalah besar," kata Presiden Asosiasi Penyakit Menular Jepang, Kazuhiro Tateda seperti dilansir dari Deutsche Welle, Juli lalu. "Satu hal yang patut disyukuri adalah sampai sekarang, kami belum melihat banyak penambahan kasus virus corona, tidak seperti yang terjadi di Tokyo."

Oleh sebab itu, Pemerintah Jepang terus memastikan jika protokol kesehatan tetap diterapkan di tengah situasi banjir. Di Prefektur Kagoshima misalnya, pemerintah daerah telah membuka lebih dari 100 tempat pengungsian dan mendesak semua korban banjir untuk tetap menjaga jarak serta menggunakan fasilitas secara teratur.

"Kami mengecek suhu tubuh seluruh korban banjir saat mereka tiba di pengungsian," kata Keniichi Inoue, seorang pejabat di balai kota Amakusa. "Dan kami juga meminta mereka untuk sering mencuci tangan dan selalu menjaga jarak dari orang lain, meskipun itu sulit."

Melihat situasi di Jepang, tentunya Indonesia harus mulai mewaspadai dan menyiapkan langkah dalam menghadapi ancaman banjir di tengah pandemi. Terlebih, beberapa wilayah di Indonesia khususnya kota-kota besar selama ini memang telah terbukti rawan banjir saat musim hujan tiba.

Banjir DKI Jakarta

Berbagai Sumber

Pemprov DKI Jakarta sendiri telah menyatakan siap mengantisipasi banjir di tengah pandemi. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan antisipasi banjir saat ini adalah dengan menyiapkan penampungan bagi korban terdampak beserta protokol kesehatan COVID-19 yang ketat.

"Antisipasi kita adalah satu untuk masyarakat, siapkan tempat-tempat penampungan apabila sampai mereka terkena banjir," kata Anies Baswedan seperti dilansir dari Detik, Senin (21/9). "Dan kali ini agak berbeda karena tempat penampungannya harus memasukkan protokol kesehatan COVID-19."

"Selain menyediakan masker, juga lokasi-lokasinya dibuat ada jaga jarak sehingga warga juga terbebas dari potensi penularan COVID-19," sambungnya. "Jadi malam hari ini seluruh kawasan yang di tepi sungai Ciliwung bersiaga."

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait