Ada 'Harta Karun' Kuno Ditemukan di Proyek MRT Jakarta, Ini Cerita Unik di Baliknya
Nasional

Harta karun yang dimaksud adalah sejumlah situs bersejarah, mulai dari jembatan kuno hingga jalur air terakota. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvi Halim, menyatakan pihaknya menemukan banyak cagar budaya kala melakukan 'checking'.

WowKeren - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menemukan "harta karun" dalam proyek pembangunan jalur MRT Jakarta Fase 2 di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Harta karun yang dimaksud adalah sejumlah situs bersejarah, mulai dari jembatan kuno hingga jalur air terakota.

"Kami melakukan 'checking' dan menemukan banyak sekali cagar budaya," ungkap Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvi Halim, Selasa (20/9).

Saluran Air Kuno Batavia sepanjang 400 meter tersebut rupanya dibangun oleh VOC untuk menyalurkan air bersih kepada penduduk Benteng Dalam. Wilayah tersebut kini menjadi kawasan Kota Tua. Menurut Junus Satrio Atmodjo selaku tim arkeolog dari kontraktor MRT Jakarta, saluran air tersebut ditemukan sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah.

"Ini Orion Plaza dulunya tempat penyaringan air. Bangunan seng ini dulunya adalah benteng kecil, ini sempat jadi penjara. M Hatta pernah dipenjara di sini tahun 40-an," beber Junus. "Tapi kemudian diputuskan dijual, maka jadilah Orion Plaza. Ini adalah cikap bakal air masuk ke dalam Kota Batavia. Mulai dari sini."

Pipa air tersebut mulai berfungsi pada tahun 1800 meski pembangunannya telah direncanakan sejak tahun 1730. Junus pun mengungkapkan alasan proses pembangunan yang lama.


"Jadi prosesnya lama, karena bata-batanya didatangkan dari Belanda. Kita bisa bayangkan, kapal-kapal berlalu lalang ke sini membawa bata ini. Bata digunakan sebagai penyeimbang," ungkapnya.

Ujung pipa atau waterleiding bermula di daerah Pancoran di sebuah lokasi bernama Waterplaats (kolam air). Pipa tersalur dan berakhir di sekitar Pasar Ikan. Saluran pipa tersebut bahkan melewati Gedung Wali Kota alias Stadhuis dan Kantil Batavia.

Junus kemudian memaparkan bahwa VOC kala itu membangun benteng pertahanan yang kuat setelah 30 tahun menduduki Sunda Kelapa. Benteng tersebut dilengkapi oleh enam pintu masuk menuju kota, di antaranya Nieuwpoort (pintu besar) di bagian selatan tempat ditemukannya sisa tembok kota.

Adapun saluran pipa tersebut hanya memenuhi kebutuhan air bersih untuk penduduk di dalam benteng saja. Air tersebut digunakan untuk kepentingan minum hingga mencuci.

"(Mengairi) hanya penduduk dalam benteng," tukasnya. "Estimasinya orang Eropa di situ sekitar 3 ribuan, tapi lebih banyak ke budaknya. (Misalnya) satu keluarga punya budak 10 orang. Kalau satu keluarga enam orang dengan budak, minimal 10 orang. Jadi kalau dikata 3 ribu, harus ditotal 3 kali lipat. Bisa 9-10 ribu. Semua butuh air, nyuci semua, mandi semua, masak semua. Saluran ini digunakan untu supply air bersih."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait