Padahal, sudah ada aturan yang melarang perburuan bibit lobster namun masih ada saja oknum nelayan yang melanggar.
- Wahyu
- Kamis, 07 Februari 2019 - 10:02 WIB
WowKeren - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti kerap menuai kritik atas kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. Meski demikian, ia tak ambil pusing dengan hal itu. Berkat ide-idenya, pasokan ikan di dalam negeri kini menjadi lebih aman dari tangan-tangan asing.
Tak hanya kerap mendapat kritik, kini gantian Susi yang melayangkan kritik. Kritik tersebut ditujukan untuk para nelayan di Pantai Prigi, Desa Tasikmadu, Trenggalek, Jawa Timur.
Susi mengaku kecewa lantaran masih banyak nelayan yang melakukan perburuan bibit lobster (benur). Bahkan dengan terang-terangan ia mengatakan bahwa sebetulnya dirinya enggan berkunjung ke pesisir selatan Jawa. Sebab menurutnya, banyak nelayan yang tidak mengindahkan peraturan.
“Sebetulnya saya malas berkunjung ke pesisir selatan Jawa utamanya Trenggalek ini," kata Susi di Trenggalek pada Selasa (5/2). "Karena masih banyak nelayan yang masih melanggar peraturan menteri."
Ia menyesalkan bahwa nelayan yang memburu bibit lobster masih mau dibodohi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Padahal menurut Susi, nelayan itu harusnya pintar.
“Kudune nelayan (oknum) itu pinter (Harusnya nelayan itu pintar)," tegas Susi. "Tapi kok bodoh."
Bagaimana tidak, nelayan tersebut menjual bibit lobster dengan harga yang sangat murah. Misalnya bibit lobster jenis mutiara. Nelayan hanya menjualnya seharga Rp 10.000- Rp 40.000 per pak sedangkan bandar menjualnya dengan harga Rp 150.000 per pak. Dari situ, lobster akan dijual ke Vietnam dengan harga Rp 4 juta.
"Benur (jenis) mutiara dijual oknum nelayan Rp 10.000 sampai Rp 40.000 (per pak). Kemudian bandar menjual Rp 150.000 (per pak)," terang Susi. "Disebar ke Vietnam, dibesarkan, dijual seharga Rp 4 juta. Perlu diketahui."
Oleh sebab itu, perburuan bibit lobster sangat disayangkan oleh Susi. Meskipun sudah ada aturan yang melanggar perburuan benur namun masih ada saja nelayan, pedagang, hingga pengepul yang melanggar. Ia tak setuju jika benur terus diburu. Sebab, jika bibit ini habis maka akan berdampak pada jumlah populasi lobster.
“Lobster besar itu memangnya datangnya dari mana? Ya dari benur itu," tegas Susi. "Lha kalau benurnya diambil, memangnya lobster lahir dari batu."
(wk/wahy)