Grace Natalie 'Serang' Partai Nasionalis Termasuk Koalisi Jokowi, PDIP Sebut Kurang Informasi
Twitter/psi_id
Nasional

Dalam pidatonya, Grace mengungkit kasus-kasus intoleran di mana para Partai Nasionalis bungkam di tengah ketidakadilan yang terjadi.

WowKeren - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie kembali melayangkan kritik untuk para partai politik. Hal itu disampaikan olehnya saat memberikan pidato di Medan International Convention Center belum lama ini.

Grace menyebut bahwa PSI sebetulnya tidak perlu berdiri jika para Partai Nasionalis bisa bekerja dengan benar. "PSI sebetulnya tidak perlu berdiri jika Partai Nasionalis mengerjakan pekerjaan rumahnya," ujar Grace di Medan, Sumatera Utara, Senin (11/3).

Kritik yang disampaikan Grace rupanya tak hanya dilayangkan ke partai yang merupakan lawan politiknya. Para partai koalisi dari kubu Joko Widodo alias Jokowi-Ma'ruf Amin pun juga tak luput dari kritik itu. Ia menegaskan meski sama-sama mendukung Paslon 01, bukan berarti PSI tidak memiliki perbedaan dengan partai koalisi lainnya.

"Kepada teman-teman partai lain termasuk yang ada dalam koalisi TKN, kami mohon maaf," lanjut Grace. "Meskipun kita berada dalam perahu yang sama, yang akan membawa Pak Jokowi kembali menang, tapi bukan berarti kita tidak memiliki perbedaan."

Ia kemudian menyinggung kasus Meliana di Tanjung Balai yang pernah mencuat beberapa waktu lalu. Meliana merupakan korban persekusi yang justru divonis bersalah dan dipenjara oleh pengadilan.


"Ke mana kalian, Partai Nasionalis, pada September 2018," ujar Grace. "Ketika Ibu Meliana, korban persekusi yang rumahnya dibakar pada saat dia dan anak-anaknya ada di dalamnya, justru divonis bersalah penjara dua tahun oleh pengadilan."

Terkait kritik Grace, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memberikan tanggapan. Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno justru menyebut bahwa PSI adalah partai yang kurang informasi. Sebab menurutnya, dalam kasus-kasus tertentu, PSI terlihat menyikapinya secara berlebihan.

"Mungkin partai baru ini kurang informasi," kata Hendrawan. "Dalam kasus-kasus tertentu terlihat genit atau lebai."

Hendrawan juga menyebut bahwa PSI hanya bisa memberikan wacana namun minim praktik di lapangan. Ia kemudian menyinggung soal RUU Pesantren dan Pendidikan Agama. Menurutnya, sikap PSI kala itu terbilang berlebihan mengingat UU tersebut masih berupa rancangan.

"Mungkin PSI lebih tertarik gembar-gembor (berwacana) daripada kerja konkret di lapangan," tutur Hendrawan. "Soal RUU Pesantren dan Pendidikan Agama, masih draf sudah didramatisasi dengan hiperbolisme politik."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait