Mahfud MD Ungkap Curhatan Kelompok Radikal yang Ogah Dukung Pemerintah, Salah Satunya Soal Korupsi
Nasional

Hal itu disampaikan Mahfud kala menjadi pembicara di Pembekalan Program Kegiatan Bersama Kejuangan kepada Perwira Siswa Sesko TNI, Sespimti Polri, Sesko Angkatan dan Sespimmen Polri tahun 2019.

WowKeren - Isu mengenai radikalisme akhir-akhir ini tengah sering dibahas. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi sekaligus anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Mahfud MD, pun bercerita tentang keluhan kelompok radikal yang tak mau mendukung pemerintah.

Hal itu disampaikan Mahfud kala menjadi pembicara di Pembekalan Program Kegiatan Bersama Kejuangan kepada Perwira Siswa Sesko TNI, Sespimti Polri, Sesko Angkatan dan Sespimmen Polri tahun 2019. Awalnya, Mahfud berbicara mengenai makna kemerdekaan sebagai jembatan emas membangun kesejahteraan.

Namun, Mahfud menuturkan bahwa masih ada kelompok radikal yang mempertanyakan untuk apa Indonesia merdeka. Menurut Mahfud, salah satu hal yang dikeluhkan oleh kelompok radikal tersebut adalah kemiskinan rakyat.

"Ada yang mengeluh begini 'Pak untuk apa Indonesia kayak gini? Merdeka, punya pemerintah, tapi rakyat masih miskin, apa perlu pemerintah seperti ini kita dukung?'," tutur Mahfud di Auditorium Jos Soedarso Seskoal, Bumi Cipulir, Jakarta Selatan, pada Rabu (14/8). "Ada yang mengeluh seperti ini terutama kelompok yang radikal itu."

Mahfud pun mengaku bahwa semua pihak memang tak bisa menutup mata atas segala kekurangan yang ada meski Indonesia sudah merdeka. Namun kemerdekaan juga harus disyukuri lantaran berkat kemerdekaan jumlah kemiskinan bisa terus dikurangi.


"Berdasarkan ukuran yang dipakai Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2018 itu 25,6 juta, berapa persen? 9.4 persen. Apakah karena itu kita mau tidak mensyukuri kemerdekaan? Kalau memandangnya secara optimis untung kita masih punya orang miskin sudah tinggal 9,4 persen," ungkap Mahfud. "Karena kalau Indonesia dulu tidak merdeka yang miskin 99.9 persen. Sekarang karena merdeka orang miskinnya per 2018 itu tinggal 9.4, mungkin berikutnya tinggal 7, memang bertahap. Itulah cara mensyukuri nikmat kemerdekaan."

Selain terkait kemiskinan, rupanya kelompok radikal yang tak mau mendukung pemerintah juga mengeluhkan hal lain. Mahfud menjelaskan bahwa keluhan tersebut terkait dengan masih banyaknya pelaku korupsi di Indonesia.

"'Pak apa gunanya kita tunduk pada pemerintah? Korupsi negara merajalela di kalangan pemerintahan?' Ya, tapi dulu seandainya kita tidak merdeka kita tidak bisa menangkap orang korupsi tiap bulan, tiap hari, tiap minggu karena kita merdeka," jelas Mahfud. "Dulu semua kekayaan kita dikorupsi. Ketika kita tidak merdeka kita tidak tahu kekayaan kita seberapa banyak dan digunakan untuk apa."

Oleh sebab itu, Mahfud menegaskan bahwa kemerdekaan harus dipertahankan demi mewujudkan cita-cita bangsa. Termasuk dari radikalisme yang kini dinilainya mengganggu Indonesia.

"Radikalisme sekarang ini sedang mengganggu kita. Radikal itu kalau tidak sama dengan pandangan kita sekarang bisa jadi musuh. Sekarang masuk gerakan radikal atas nama politik identitas terutama keagamaan," pungkas Mahfud. "Ini tugas saudara untuk menjaga itu, tidak akan tercapai Indonesia emas, tidak ada gunanya Indonesia emas yang dibangun oleh para pendiri kalau saudara toleran terhadap tindakan itu."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru