Ma'ruf Amin Buka-Bukaan Alasan Pemerintah Ngotot New Normal Walau Wabah Corona Mengganas
Nasional

Wapres Ma'ruf Amin akhirnya buka suara soal sikap pemerintah yang mengotot menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) alias new normal walau wabah Corona di Indonesia belum sepenuhnya terkendali.

WowKeren - Pemerintah Indonesia mulai mengampanyekan gerakan adaptasi kebiasaan baru (AKB) yang merupakan penyesuaian dari new normal. Namun gerakan ini menjadi pro dan kontra karena kurva penyebaran wabah Corona di Indonesia saat ini malah kian meningkat.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden Ma'ruf Amin pun mengungkapkan alasannya yang tak lain karena ada beberapa daerah yang sudah menunjukkan penurunan penyebaran kasus COVID-19. "Kebijakan AKB diambil setelah beberapa daerah menunjukan penurunan dalam penyebaran COVID-19," ungkap Ma'ruf dalam Dialog Virtual Nasional Lintas Iman oleh Masjid Istiqlal, Selasa (14/7).

Di sisi lain, alasan ekonomi juga menjadi penentu soal penerapan kebijakan AKB. Sebab sektor perekonomian begitu terpuruk akibat pembatasan aktivitas saat pandemi COVID-19.

Menurut Ma'ruf, Indonesia mengalami pertumbuhan negatif pada kuartal pertama dan kedua. Alhasil kini pemerintah memproyeksikan ekonomi di Tanah Air bisa membaik pada kuartal ketiga 2020.


"Langkah ini ditempuh dengan maksud agar penyebaran virus tetap terkendali dan ditekan, tetapi kehidupan ekonomi tidak makin terpuruk," terang mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia itu, dilansir dari Kompas.

Kendati demikian, selama pelaksanaan AKB tidak boleh sembarangan. Protokol kesehatan yang ketat harus tetap dilaksanakan lantaran hingga kini belum ditemukan vaksin untuk menekan laju penyebaran virus Corona.

"Kebijakan ini penting untuk disosialisasikan seluas mungkin kepada masyarakat," ujar Ma'ruf. "Agar dipahami dan dijalankan secara patuh dan konsisten."

Di sisi lain, pemerintah sudah mulai menggunakan istilah baru untuk memperkenalkan gerakan ini yakni menjadi AKB. Pasalnya istilah "new normal" yang digunakan sebelumnya disebut-sebut membuat kewaspadaan masyarakat menurun padahal pandemi Corona belum tuntas.

Sedangkan Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan wabah virus Corona yang tengah dihadapi saat ini masih belum ada di fase puncak. Sang kepala negara pun memprediksi wabah COVID-19 baru akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus atau September 2020, namun tentu saja harus dengan segala upaya agar angka kasus positif hariannya tak terus-menerus meningkat setiap hari.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait