Sri Mulyani Sebut Utang RI Dimulai Sejak Zaman Belanda, Jumlahnya Capai Rp 16 Triliun Lebih
Instagram/smindrawati
Nasional

Berbeda dengan saat ini yang pembiayaannya dilakukan melalui penjualan Surat Berharga Negara (SBN), saat itu pembiayaan dilakukan dengan meminta Bank Indonesia (BI) mencetak uang

WowKeren - Menteri Keuangan Sri Mulyani berbicara mengenai utang Indonesia. Ia menyebut jika utang RI telah dimulai sejak zaman Belanda. Hal itu terjadi ketika Indonesia mengalami intimidasi dan konfrontasi dari pemerintah Belanda sekitar tahun 1945-1949 silam.

Hingga hal ini berbuntut pada hancurnya perekonomian Tanah Air. Sri mengatakan jika warisan utang Belanda ke Indonesia capai USD 1,13 miliar atau setara Rp 16,61 triliun.

Tak hanya itu, terjadinya perang juga menyebabkan harta kekayaan yang dimiliki Indonesia rusak. Investasi yang sebelumnya dibekukan oleh pemerintah Belanda, dianggap menjadi investasi Indonesia.

"Utangnya menjadi utang pemerintah Indonesia," kata Sri Mulyani, Senin (12/10). "Warisannya itu USD 1,13 miliar, pada saat mungkin waktu itu GDP Indonesia masih sangat kecil."


Perkembangan perekonomian Indonesia juga dibiayai dengan defisit APBN. Berbeda dengan saat ini yang pembiayaannya dilakukan melalui penjualan Surat Berharga Negara (SBN), saat itu pembiayaan dilakukan dengan meminta Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang.

Akibat adanya kebijakan ini membuat uang yang beredar di tengah masyarakat menjadi lebih banyak. Sehingga mendorong terjadinya peningkatan inflasi. "Sehingga meminta BI cetak uang, yang terjadi kemudian jumlah uang beredar lebih banyak dari suasana kondisi perekonomian, sehingga inflasi meningkat luar biasa besar," jelas Menkeu.

Pada zaman Orde Baru seluruh utang digunakan untuk belanja pembangunan. Saat terjadinya krisis keuangan di Asia, defisit pada transaksi berjalan mengalami peningkatan.

"Maka pada saat terjadi adjustment nilai tukar rupiah, seluruh neraca perusahaan, perbankan, negara, semua alami tekanan," jelas Sri. "Karena dalam waktu sehari, berapa jam nilai tukar rupiah berubah tiba-tiba, volatility meningkat, aset tidak meningkat, perusahaan dengan cashflow rupiah dan utang denominasi asing, neraca akan ambyar."

Kendati demikian, Sri mengungkap jika kondisi perekonomian saat ini lebih kuat. Meski Indonesia dihantam pandemi COVID-19, namun pemerintah melakukan reformasi keuangan. Hingga kini belum diketahui kapan pandemi COVID-19 akan berakhir. "Tapi ada ikhtiar dapatkan vaksin, maka kita sediakan dan cadangkan anggaran untuk kesehatan," ujarnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait