Fauzi Baadilla mengkritik televisi yang memberi panggung untuk pedofil. Kritik tersebut diduga berkaitan dengan kebebasan Saiful Jamil setelah kasus pelecehan seksual di masa lalu.
- Neressa Prahastiwi
- Selasa, 07 September 2021 - 09:09 WIB
WowKeren - Fauzi Baadilla ikut mengomentari kebebasan Saiful Jamil yang disambut dengan sejumlah tayangan di televisi. Sama seperti protes yang dilayangkan belakangan ini, Fauzi menilai apabila Saiful Jamil tidak seharusnya diberi panggung setelah kasus pelecehan seksual di masa lalu.
"Pedofil, Predator anak di bawah umur. Jangan dikasih panggung. Demi rating sharing," tulis Fauzi dalam gambar yang diunggahnya dengan latar hitam. "Cari cuan gak segitunya bro.. hati perasaan memangnya udah gak fungsi..bro?"
Namun Fauzi juga "takut" dianggap cari panggung apabila ikut mengomentari permasalahan ini. "Mau bicara banyak ntar dikira cari panggung.segini aja cukup deh.#daruratahlak #daruratetika," tambah Fauzi melalui caption unggahan yang dibagikannya pada Senin (6/9).
Benar saja, salah satu warganet menyebut Fauzi Baadila merasa sok suci. Warganet tersebut menilai apabila setiap manusia mempunyai aib dan layak diberi kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Menanggapi komentar tersebut, Fauzi Baadilla juga mengajak untuk memikirkan perasaan korban. "Sebelum bicara panjang lebar, kalo punya anak, ponakan, atau kerabat yg masih dibawah umur.. suruh nginep di rumah predator pedofil. Make it simple bro," balas Fauzi Baadilla.
Bintang film "Mengejar Matahari" tersebut lantas mengingatkan apabila dirinya bukan Tuhan sehingga jauh dari kata suci. Fauzi Baadilla juga membalas komentar warganet yang menyebutnya panjat sosial alias pansos dengan deretan prestasi yang diraihnya.
"Gue gak perlu pansos, piala penghargaan gue 8," timpal Fauzi. "Ini pendapat gue bukan pansos."
"Nama gue fauzibaadilla gak perlu pansos.. piala penghargaan gue lebih dari 7, 100 film lebih pernah gw terlibat, gak butuh panggung. Gak butuh pansos," tandas Fauzi Baadilla. "Diundang diacara media siar pihak lain aja gw blum tentu mau."
(wk/nere)
