Saat berkumpul bersama pemeran 'Reply 1997', sutradara Shin Won Ho turut membahas kemungkinan diproduksinya season baru. Simak penuturan lengkapnya berikut ini.
- Eva Lestari
- Selasa, 03 Januari 2023 - 13:45 WIB
WowKeren - Baru-baru ini para pemeran "Reply 1997" berkumpul untuk merayakan 10 tahun penayangan drama tersebut. Anggota pemeran yang hadir adalah Seo In Guk, Lee Si Eon, Hoya dan Eun Ji Won. Bahkan sutradara Shin Won Ho juga datang untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang drama tersebut.
Salah satu pertanyaan yang membuat semua orang penasaran adalah kemungkinan diproduksinya season baru. Setelah mendapat pertanyaan ini, PD Shin Won Ho mulai menceritakan sejumlah kesulitannya hingga tak kunjung memproduksi season baru.
Dia berbagi, "Ini adalah cerita yang sangat ingin kuceritakan, tapi karena masalah yang realistis, itu tidak akan mudah. Aku juga memiliki beberapa PTSD. Ketika mengerjakan drama masa kini seperti 'Prison Playbook' dan 'Hospital Playlist', aku akan kaget setiap kali AC di langit-langit muncul di frame."
"Di seri 'Reply', AC tidak bisa keluar (di layar). Aku juga mengembangkan semacam kebiasan kerja di mana aku akan bingung jika alamat hari ini muncul di layar," paparnya.
Setelah mendengar ini, Lee Si Eon mengungkapkan harapannya untuk menonton 'Reply' versi tahun 2002. Namun PD Shin Won Ho lagi-lagi mengungkap kesulitannya untuk memproduksi season baru.
Dia menjelaskan, "Sejujurnya tahun 2002 adalah yang paling sulit. Sulit untuk melepaskan hak cipta piala dunia (yang saat itu juga digelar di Korea). Untuk episode pertama 'Reply 1988', adegan Olimpiade Seoul keluar. Untuk adegan ini, aku harus berbicara dengan kantor pusat IOC di Lausanne, Swiss, untuk mendapatkan hak cipta perilisan."
"Tapi itu tidak permanen dan masa kontrak berlangsung sekitar satu setengah tahun atau dua tahun. Aku membayar dan tidak memperbarui kontrak. Jadi, setiap adegan yang berhubungan dengan OIimpiade yang diputar ulang harus diburamkan," curhatnya.
Lebih lanjut, PD Shin Won Ho berkata, "Serial 'Reply' membutuhkan banyak properti, termasuk produk budaya, lagu, film dan drama. Jadi akan rumit untuk menyelesaikan masalah hak cipta."
(wk/eval)
