Klinik Pacar Hani EXID Diduga Beri Pasien Obat Penenang yang Bisa Bunuh Gajah
Instagram/ahnanihh
Selebriti

Dengan dugaan kasus malpraktik yang terus berkembang, klinik pacar Hani EXID kini dituding menggunakan obat penenang yang dosisnya bisa membunuh seekor gajah kepada mendiang pasien.

WowKeren - Klinik pacar Hani EXID, Yang Jae Woong diduga memberikan obat penenang dengan dosis berbahaya, yang bahkan bisa digunakan untuk membunuh gajah. Informasi soal kasus dugaan malpraktik di klinik tersebut memasuki babak baru setelah rekam medis mendiang dipublikasikan.

Pada Selasa (6/8/2024), surat kabar Hankyoreh memperoleh catatan medis dari Rumah Sakit Bucheon W Jin, yang dijalankan oleh psikiater Yanh. Mereka menganalisisnya bersama dengan seorang psikiater profesional lain dengan pengalaman 10 tahun.

Sehubungan dengan kematian korban, meluarga mendiang mengklaim bahwa pasien Nona A meninggal karena sakit perut dan penyumbatan usus yang disebabkan oleh efek samping obat di rumah sakit Yang. Menurut analisis, obat yang sebenarnya diberikan kepada A bahkan lebih berbahaya dan dipakai secara tidak tepat.

Catatan kemajuan A menunjukkan bahwa dia dirawat di rumah sakit karena adiksi terhadap obat diet. Dia menerima total lima jenis obat berbeda pada hari pertama rawat inap.

"Staf medis tampaknya memutuskan bahwa satu obat saja tidak cukup untuk memberikan efek menenangkan. Kebanyakan dari obat tersebut adalah antipsikotik dan obat psikotropika, dan terutama risperidon adalah produk dengan efek kuat per miligram," kata spesialis medis.

Ketika disuntikkan dengan obat-obatan ini, sebuah "suntikan gajah" (suntikan yang dapat menjatuhkan bahkan gajah) pun diberikan, artinya obat ini sangat kuat. "Tentu saja, akan ada efek samping," tambahnya.

Pasien mulai berbicara tidak jelas dan mengalami delirium setelahnya. Kondisi ini diduga sebagai penyebab masalah pada sistem pencernaannya dan sistem ototnya akibat efek samping agen mental tersebut.

Psikiater tersebut mengatakan, "Efek samping umum dari agen psikoaktif mungkin meliputi efek antikolinergik (mulut kering, gerakan usus menurun, gangguan pencernaan, sembelit, disuria, mata kering, delirium), serta efek samping pada sistem otot (tremor otot, kelainan ketegangan otot akut, akatisia, sindrom neuroleptik malignan, dll.), dan pada awalnya ada sedikit pemeriksaan oleh staf medis."


Lebih lanjut, keluarga memperlihatkan rekaman CCTV yang menunjukkan A mengetuk pintu ruang isolasi, memegang perutnya, dan memohon untuk dikeluarkan. Bukannya menanggapi kesakitannya, staf medis malah menyuntikkan obat penenang dan mengikatnya ke tempat tidur.

Meskipun menunjukkan tanda-tanda kesakitan yang parah, termasuk perut bengkak dan mimisan, staf tidak mengambil tindakan lebih lanjut selain melepaskan ikatannya. Autopsi yang dilakukan oleh National Forensic Service (NFS) menyarankan bahwa penyebab kematian adalah penyumbatan usus akut.

Keluarga A percaya bahwa rumah sakit mengabaikan kondisinya yang memburuk, dan telah mengajukan gugatan pidana terhadap enam staf medis, termasuk direktur rumah sakit Yang atas dugaan pengabaian yang mengakibatkan kematian. Mereka juga telah mengajukan petisi ke Komisi Hak Asasi Manusia Nasional. Polisi telah memulai penyelidikan terhadap klinik tersebut atas dugaan pelanggaran hukum medis.

Sebagai pemimpin klinik tersebut, Yang menyampaikan rasa dukacita dan perminta maaf atas insiden tersebut, menyatakan, "Saya tidak bisa menyembunyikan kesedihan saya yang mendalam atas kematian Park. Saya benar-benar meminta maaf kepada keluarga yang berduka yang sedang merasakan kesedihan mereka."

Dia menambahkan, "Ini terjadi di klinik tempat saya menjadi perwakilan, dan saya mengambil masalah ini dengan sangat serius sebagai direktur. Kami sepenuhnya bekerja sama dengan penyelidikan yang sedang berlangsung, memberikan semua catatan yang diperlukan, termasuk catatan medis dan rekaman CCTV."

Kontroversi semakin mendalam dengan klaim bahwa staf memberikan obat penenang yang dikenal sebagai "suntikan gajah," yang memperburuk kondisi A. Suntikan itu diduga bisa membunuh seekor gajah dengan dosisnya yang begitu kuat.

Keluarga tetap merasa frustrasi dan marah, menuduh Yang Jae Woong dan staf klinik tidak peduli bahkan pada hari pengumuman, melewati keluarga yang berduka tanpa pengakuan. Keluarga menuduh Yang baru meminta maaf setelah berita itu menjadi publik, mempertanyakan kelayakannya sebagai psikiater.

Konflik antara keluarga yang berduka dan klinik Yang terus berlanjut, dengan keluarga menuntut akuntabilitas dan keadilan atas kematian Park.

(wk/inta)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Berita Terkait