Ada 'Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso', 7 Film Dokumenter Indonesia Ini Wajib Ditonton
TV

Isu-isu penting dan terjadi di masyarakat pun menuai sorotan sehingga diangkat ke sebuah film dokumenter yang sangat sayang untuk dilewatkan. 'Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso' menjadi salah satunya.

WowKeren - Film dokumenter Netflix yang bertajuk "Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso" kni tengah menuai sorotan. Seperti yang diketahui, film ini mengangkat kasus yang menyeret nama Jessica Kumala Wongso yang diduga membunuh sahabatnya sendiri, Wayan Mirna Salihin di tahun 2016 silam.

Untuk diketahui, hasil persidangan pada tahun 2016 lalu menunjukkan bahwa Jessica terbukti melakukan pembunuhan terhadap Mirna di Kafe Olivier, Mall Grand Indonesia, Jakarta, melalui es kopi Vietnam yang mengandung sianida. Kasus ini menjadi berlarut-larut hingga akhirnya Jessica divonis 20 tahun penjara dan mendekam di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Film ini menuai perbincangan karena kembali menyinggung soal kasus yang sempat merajai pemberitaan Tanah Air.

Sementara itu, banyak sekali film dokumenter di Indonesia. Jenis ini merupakan film yang mendokumentasikan kehidupan nyata. Isu-isu penting dan terjadi di masyarakat pun menuai sorotan sehingga diangkat ke sebuah film dokumenter yang sangat sayang untuk dilewatkan. Berikut beberapa film yang sayang jika nggak ditonton.

(wk/rosi)

1. 'Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso'


'Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso'

"Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso" merupakan film dokumenter yang mengangkat kisah dugaan pembunuhan Jessica Kumala Wongso kepada Wayan Mirna Salihin di tahun 2016 atau biasa disebut sebagai kasus "Kopi Sianida".

Dalam persidangan, ia terbukti telah melakukan pembunuhan terhadap Mirna di Kafe Olivier yang berada di Mall Grand Indonesia, Jakarta. Jessica mendapatkan vonis hkuman dua puluh tahun dan permohonan kasasinya ditolak.

Sementara itu, filmnya menghadirkan wawancara eksklusif dengan Jessica, ayah dan saudara kembar Mirna, pengacara Jessica yakni Otto Hasibuan, star Kafe Olivie, dan jurnalis yang mendalami kasus.

2. 'Jagal' atau 'The Act of Killing'


'Jagal' atau 'The Act of Killing'

"Jagal" atau "The Act of Killing" merupakan film tentang Indonesia yang merupakan garapan sutradara Amerika Serikat Joshua Oppenheimer. Filmnya menceritakan bagaimana pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi pada tahun 1965–1966 memproyeksikan dirinya ke dalam sejarah untuk menjustifikasi kekejamannya sebagai perbuatan heroik.

Film yang tayang di tahun 2012 ini menampilkan Anwar Congo sebagai tokoh utama pendiri organisasi paramiliter sayap kanan Pemuda Pancasila (PP) pada masa-masa tersebut. "Jagal" menyajikan sebuah konflik yang mencekam antara bayangan tentang moral dengan bencana moral. Film ini sangat populer bahkan disambut pujian di seluruh dunia bahkan masuk nominasi Oscar.

3. 'Senyap' atau 'The Look of Silence'


'Senyap' atau 'The Look of Silence'

"Senyap" atau "The Look of Silence" merupakan film dokumenter kedua garapan Joshua Oppenheimer tentang Indonesia. Plotnya berpusat pada Adi, seorang penyintas dan keluarga korban yang menghadapi kenyataan ketika dirinya dan keluarganya dituduh sebagai bagian dari PKI. Jika "Jagal menyoroti pelaku, maka "Senyap" menggali dari sisi korban.

Film ini pertama kali diputar di Indonesia pada 10 Desember 2014 secara serentak di berbagai kota, sebagai bagian dari peringatan Hari HAM Sedunia. Menuai sambutan hangat, film Indonesia ini masuk dalam nominasi Oscar.

4. 'Banda, The Dark Forgotten Trail'


'Banda, The Dark Forgotten Trail'

"Banda, The Dark Forgotten Trail" (2017)merupakan film yang mengangkat tema tentang jalur rempah (spice road). Berkisah tentang Kepulauan Banda yang berada di Maluku, yang masa silam menjadi pusat rempah-rempah, khususnya kini seakan terlupakan.

Di abad pertengahan, segenggam pala di Pasar Eropa dianggap lebih berharga dari seperti emas. Monopoli bangsa arab dan perseteruan dalam perang salib membawa Eropa ke dalam perburuan menemukan pulau-pulau penghasil rempah. Banda merupakan satu-satunya tempat pohon-pohon pala tumbuh menjadi kawasan yang paling diperebutkan.

Banda pun memikat banyak penjajah. Mereka menjadi saksi bisu tempat perbudakan pertama di nusantara dan pembantaian massal.

5. 'Nyanyian Akar Rumput'


'Nyanyian Akar Rumput'

"Nyanyian Akar Rumput" merupakan film dokumenter Indonesia yang menelisik sebuah kasus HAM yang terlupakan. Tayang di tahun 2018, film ini menyoroti Wiji Thukul, seorang sastrawan dan aktivis HAM yang "dihilangkan" pada tahun 1998 di masa Rezim Presiden Soeharto.

Anaknya, Fajar Merah yang kini tumbuh menjadi pemuda usia 21 tahun, mencoba untuk mencari keadilan atas apa yang terjadi pada ayahnya. Fajar berusaha menghidupkan kembali puisi-puisi sang ayah lewat alunan nada dan merekamnya bersama bandnya, Merah Bercerita.

Film dokumenter ini dibuat selama empat tahun, mulai dari tahun 2014 hingga 2018. Selain itu, "Nyanyian Akar Rumput" juga menjadi Pemenang Piala Citra untuk Film Dokumenter Panjang Terbaik Festival Film Indonesia.

6. 'Kemarin'


'Kemarin'

Grup SEVENTEEN kehilangan member menyisakan Ifan, sang vokalis. Seperti yang diketahui, pada 22 Desember 2018, Seventeen mengadakan acara bersama PLN di Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten ketika Tsunami Selat Sunda menerjang Panggung mereka dari belakang.

Anggota band, M Awal Purbani (bass), Herman Sikumbang (gitar), dan Windu Andi Darmawan (drum) dinyatakan meninggal. Oki, sang manajer dan Dylan istri Ifan juga menjadi korban atas kejadian ini. Hanya Ifan yang selamat bersama penyintas lain yang bersamanya.

Kisah ini diangkat dalam sebuah film bertajuk "Kemarin" dan ditayangkan di tahun 2019. Film ini ini juga menceritakan tentang perjalanan grup musik Seventeen dari awal masa berkarirnya hingga masa perpisahan mereka.

7. 'Heaven for Insanity'


'Heaven for Insanity'

Film dokumenter "Heaven for Insanity" bercerita tentang Watmo, tokoh utama yang digambarkan frustasi dan dipaksa menjalani terapi pengobatan di lembaga kejiwaan. Watmo yang dianggap gila menjalani pengobatan secara tradisional agar jiwanya kembali normal.

Ia merasa tersiksa selama pengobatan karena terkekang Saat sudah dianggap sembuh dan diperbolehkan untuk meninggalkan tempat yang berbanding terbalik dengan imajinasinya.

Film yang tayang di tahun 2008 ini mendapat sambutan yang baik dari penonton. Bahkan film ini memenangkan festival film internasional.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel