Ernest Prakasa bahkan sempat 'menuding' cuitan Menteri Agama tentang 'Milly & Mamet' di Twitter sedang dibajak oleh seseorang.
- Neressa Prahastiwi
- Rabu, 02 Januari 2019 - 13:03 WIB
WowKeren - "Milly & Mamet" menjadi film Indonesia penutup tahun 2018 yang memperoleh lebih dari 1 juta penonton. Oleh sebab itu, Ernest Prakasa selaku sutradara mengaku optimis dapat mencapai angka 2 juta apabila antusias penonton terus berlanjut.
"Melihat progress penonton dari hari per hari stabil, kita optimistis," ujar Ernest dilansir Kumparan. "Semoga bisa mencapai dua juta penonton."
Apresiasi publik terhadap "Milly & Mamet" memang cukup luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat dari cuitan warga Twitter belakangan ini, salah satunya dari Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Menurut Lukman, film yang telah tayang sejak 20 Desember 2018 ini cukup menghibur dan dapat dijadikan bahan diskusi bagi para pasangan muda.
"Baru aja menikmati film #MillyMametMovie yg begitu menghibur, juga menarik sebagai bahan diskusi untuk pasangan muda.." tulis Lukman. "Selamat buat @MilesFilms."
Ernest pun mengaku tersanjung dengan pujian yang diberikan Menag tersebut. "Pak Lukman yang baik, kami sungguh terhormat. Terimakasih banyak," balas Ernest.
😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳
— MILLY & MAMET - OUT NOW! (@ernestprakasa) December 30, 2018
Pak Lukman yang baik, kami sungguh terhormat. Terimakasih banyak 🙏 https://t.co/StnywqeauI
Ernest semakin tak menyangka saat Menag Lukman kembali membalas cuitannya dengan kata "petjah". Bahkan, Ernest sempat mengira bahwa akun Twitter milik Menag Lukman sedang dibajak.
"Lumayan petjah, bro.." sahut Menag Lukman. "Ini beneran Pak Lukman bukan sih?" balas Ernest tak percaya.
Ini beneran Pak Lukman bukan sih? 😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆😆 https://t.co/N55AuHSBNj
— MILLY & MAMET - OUT NOW! (@ernestprakasa) December 30, 2018
Ditanya soal rahasia kesuksesan filmnya, Ernest mengaku tak punya kiat khusus. Menurut Ernest, ia hanya berusaha fokus dan tetap belajar dari kritik yang diberikan masyarakat kepadanya.
"Tapi, kalau aku orangnya fokus. Dan itu kenapa gue cuma bisa bikin satu film dalam setahun," tutup Ernest. "Dan yang kedua, harus mau belajar dari kesalahan."
(wk/nere)