Nasib Perantau Asal Padang Yang Nekat Tinggalkan Jakarta di Hari Pertama Larangan Mudik
https://www.covid19.go.id/
Nasional

Perantau asal Padang, Sumatera Barat berhasil meninggalkan Jakarta saat hari pertama larangan mudik mulai diberlakukan pada Jumat (24/4) kemarin terkait kebijakan menghadapi pandemi corona.

WowKeren - Presiden Joko Widodo alias Jokowi telah resmi melarang masyarakat untuk mudik ke kampung halaman sebagai langkah untuk menekan penyebaran virus corona. Kebijakan tersebut berlaku efektif mulai Jumat (24/4) pekan ini.

Yani Fitri (35), seorang perantau berhasil meninggalkan Jakarta menuju kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat, tepat pada hari pertama penerapan larangan mudik. Ia mengaku tak tahu bagaimana bertahan hidup di Jakarta di tengah pandemi corona.

Rupanya Yani yang berasal dari Padang ini bekerja sebagai manajer penyanyi Minang, yang biasa bepergian antarprovinsi dan kota. Namun gara-gara corona di Indonesia ini, sejumlah acara pun dibatalkan yang berdampak pada penghasilannya.

"Aku mau pulang ke Padang karena memang orangtuaku di sana," cerita Yani pada Jumat (24/4) seperti dilansir dari Kompas. "Kerjaanku manajer penyanyi Minang dan kebetulan kemarin itu lagi ada promo film. Dari 18 kota kita baru datangi 2 koan sisanya di-cancel."

Selama di Jakarta, Yani menyewa kamar kos dan bertahan hidup selama dua bulan dari uang simpanannya. Imbas corona, ia pun tak bisa mengirim uang pada orangtuanya.

"Aku sempat mikir dalam hati separah apa situasi ini dan ternyata memang seperti ini. Akhirnya dua bulan di kosan pakai uang simpanan aja," sambungnya. "Ibaratnya ini uang buat orangtua malahan dipakai untuk bertahan hidup di Jakarta."

Alhasil, Yani memutuskan untuk pulang ke Padang menjelang awal Ramadan. Terlebih, uang simpanannya juga sudah menipis.

"Akhirnya aku pesan tiket ke Padang naik Maskapai Batik Air dan dapat penerbangan pukul 12.45 WIB," lanjutnya. "Waktu itu aku pesan tiket hari Rabu (22/4/2020)."

Awalnya Yani lega sudah memesan tiket pulang kampung melalui travel. Namun pada Kamis (23/4) kemarin, ia khawatir saat membaca peraturan tentang larangan mudik Idul Fitri. Seperti diketahui, telah disebutkan dalam Pasal 19 Permenhub bahwa larangan sementara penggunaan transportasi udara untuk setiap warga negara termasuk maskapai penerbangan komersial maupun pesawat pribadi.

Dalam pasal tersebut disebutkan, transportasi udara tidak diperbolehkan menuju wilayah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan atau yang sudah ditetapkan sebagai zona merah COVID-19.


"Di situ sudah mulai ragu. Hati saya ragu karena katanya mulai hari ini pukul 00.00 WIB, tak boleh melakukan penerbangan penumpang," katanya. "Di situ aku langsung mikir, kalau enggak bisa pulang berarti aku mati kelaparan di Jakarta. Sebab aku sudah enggak ada uang simpanan sama sekali."

"Ditambah hari ini kosan terakhir. Saya makanya sudah ragu. Kalau gagal berangkat, siapa yang mau nanggung hidup saya?" tambahnya.

Yani mengaku tak bisa tidur usai sahur hari pertama pada Jumat (24/4) pagi. Ia pun langsung mencari informasi tentang kondisi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta.

Akhirnya, Yani pun memilih untuk berangkat ke bandara lebih cepat. "Dari di kosan saya sudah tanya teman soal Bandara Soetta ada penerbangan atau enggak. Makanya ini saya berangkat lebih awal," lanjutnya.

Sesampainya di bandara, Yani terlihat cemas. Ia pun bertanya ke pusat informasi terkait kepastian keberangkatannya. "Tadi nanya tapi masih disuruh tunggu. Alhamdulillah ada kabar baik dan saya sudah bisa lakukan check in tiket," katanya.

Yani membeberkan pihak keluarga di Padang sudah menyiapkan ruangan khusus untuk dirinya melakukan karantina mandiri selama 14 hari ke depan. "Jadi di sana sudah disiapkan kamar. Saya akan karantina mandiri selama 14 hari dan ada persyaratan yang sudah disiapkan," ungkapnya.

Kamar yang disiapkan oleh keluarganya tersebut memiliki sirkulasi udara lebih baik. "Keluarga di kamar belakang dan kamar saya di depan. Jadi kalau mau berjemur saya bisa keluar lewat jendela," katanya.

Yani dan keluarga juga telah membuat aturan detail tentang karantina di rumah selama 14 hari. Begitu sampai di depan rumah, ia akan mengirim pesan pada keluarganya. Dengan demikian, keluarganya akan segera menuju kamar belakang dan ia pun bisa masuk ke rumah lewat depan.

"Jadi barang di tinggal di depan, saya masuk ke kamar," sambungnya. "Pas saya di kamar baru mereka keluar."

Selain itu ada peraturan yang perlu dipatuhi oleh Yani yakni tidak keluar dari kamar sampai 14 hari. Untuk cucian kotor, makan sahur dan berbuka akan diantarkan oleh orangtuanya.

"Jadi kata orangtua kalau ada kain kotor taruh aja di depan. Nanti kalau makanan di taruh di depan pintu," ucapnya. "Setelah orangtua saya ketuk pintu, 5 menit kemudian saya baru ambil."

(wk/tria)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru