Korea Utara Klaim AS Tak Pantas Kritik Tiongkok Soal Demonstrasi Hong Kong
Getty Images
Dunia

Pernyataan ini dikeluarkan oleh pejabat Korea Utara sebagai tanggapan atas aksi protes dan demonstrasi besar-besaran yang saat ini berlangsung di Amerika Serikat akibat kematian George Floyd.

WowKeren - Korea Utara rupanya turut berkomentar soal gelombang demonstrasi anti-rasisme besar-besaran yang terjadi di Amerika Serikat selama sepekan terakhir. Menanggapi masalah ini, Korea Utara menilai bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump tidak pantas mengkritik Tiongkok atas isu demonstrasi di Hong Kong.

Dilansir dari The Jakarta Post, dalam artikel yang dimuat oleh salah satu surat kabar Korea Utara, seorang juru bicara yang tak disebutkan identitasnya dari Departemen Hubungan Luar Negeri Partai Buruh Korea (WPK), mengkritik pernyataan terbaru Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.

Diketahui, sebelumnya Pompeo mengkritik Tiongkok karena dianggap bermaksud menghancurkan ide-ide, demokrasi, dan nilai-nilai Barat, ketika demonstrasi di Hong Kong kembali pecah. Bukan hanya itu saja, Pompeo juga turut mengungkap isu Hong Kong, perselisihan Tiongkok-Taiwan, dan isu HAM.

"Pernyataan Pompeo soal Hong Kong, Taiwan, persoalan HAM, dan masalah perdagangan adalah omong kosong yang memfitnah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok (CPC)," ucap juru bicar WPK tersebut.


Merujuk kepada protes yang berlangsung dan kebrutalan polisi terhadap demonstran di AS, jubir WPK itu menganggap pernyataan Pompeo dan pejabat lainnya soal Tiongkok justru menggambarkan kekhawatiran mereka tentang AS yang terus melemah. "Para demonstran marah oleh sikap rasisme ekstrem yang memadati bahkan hingga Gedung Putih. Ini adalah kenyataan AS saat ini. Liberalisme dan demokrasi Amerika membiarkan polisi menghadapi demonstran dan bahkan mengancam melepaskan anjing untuk menindas (mereka)," lanjutnya.

Sementara itu, saat ini masyarakat Amerika marah akibat kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam yang tewas akibat ulah polisi kulit putih Minneapolis. Mereka turun ke jalan dan menggelar demonstrasi besar-besaran untuk menuntut keadilan.

Kematian Floyd dinilai menjadi puncak amarah warga Amerika terkait diskriminasi dan sikap rasisme yang sistematis, terutama terhadap perlakuan aparat kepada warga kulit hitam dan minoritas.

Aksi protes pertama kali pecah di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru AS. Demonstrasi dan gerakan solidaritas untuk Floyd dan anti-rasisme secara keseluruhan bahkan turut berlangsung di sejumlah negara Eropa, Amerika Latin, hingga Asia.

Trump lantas mengancam akan mengerahkan pasukan aktif bahkan di negara bagian yang menentang penggunaan militer. Ancaman ini memicu peringatan dari militer dan Kongres. Salah satu petinggi Partai Republik bahkan memperingatkan hal itu dapat membuat tentara menjadi pion politik.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait