Jadi 'Obat Darurat' COVID-19, Remdesivir di AS Dijual Rp 7 Juta Per Botol
Dunia

Gilead Sciences yang memproduksi remdesivir mengumumkan harga produknya pada Senin (29/6). Ia menyebutkan jika obat darurat corona tersebut mencapai USD 3.120 atau Rp 43 juta dimana 1 botol akan ditarif Rp 17 juta.

WowKeren - Sejumlah penelitian menyebutkan jika penggunaan remdesivir bisa menangani pasien positif virus corona (COVID-19). Sejumlah negara pun telah mengizinkan penggunaan remdesivir sebagai obat darurat.

Gilead Sciences yang memproduksi remdesivir mengumumkan harga produknya pada Senin (29/6) kemarin. Ia menyebutkan jika obat darurat corona tersebut mencapai USD 3.120 atau Rp 43 juta dengan asumsi kurs USD 1 = Rp 14.000. Ini merupakan 'harga' khusus di AS bagi pasien yang dicover asuransi komersil.

Perusahaan mengumumkan rencana penetapan harganya sebagai persiapan untuk mulai menagih obat pada bulan Juli. Gilead juga telah menyumbangkan dosis ke pemerintah AS untuk didistribusikan sejak menerima otorisasi penggunaan darurat pada bulan Mei.

Mereka juga akan menjual remdesivir seharga USD 390 per botol ke pemerintahan "negara-negara maju" di seluruh dunia atau Rp 5,4 juta, dan harga untuk perusahaan asuransi swasta mencapai USD 520 per botol atau Rp 7,2 juta.


Di Amerika Serikat, Gilead akan membebankan harga yang lebih rendah untuk program pemerintah. Sebagian besar pasien yang diobati dengan remdesivir akan menerima terapi pengobatan lima hari menggunakan enam botol remdesivir.

Untuk biaya yang dibebankan pada pemerintah AS adalah USD 2.340 untuk pasien yang menjalani perawatan lima hari dan USD 3.120 untuk pasien yang diasuransikan secara komersial. "Pada tingkat kami telah menetapkan harga remdesivir dan dengan program pemerintah, bersama dengan bantuan Gilead tambahan sesuai kebutuhan, kami percaya semua pasien akan memiliki akses," CEO Gilead Daniel O'Day mengatakan dalam sebuah surat terbukanya dilansir CNBC International.

Sebelumnya, dalam sebuah penelitian mengungkapkan jika remdesivir mampu mencegah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh COVID-19. Percobaan tersebut dilakukan pada 12 monyet rhesus macaque yang diinjeksi dengan virus corona.

"Hasilnya, kelompok yang menerima remdesivir sedini mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan paru," demikian bunyi kutipan dari situs tersebut. "Penulis penelitian menyarankan bahwa remdesivir harus dipertimbangkan sebagai obat yang diberikan secepat mungkin untuk mencegah penyakit dan kerusakan paru pada pasien COVID-19."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru