Serupa Tapi Tak Sama, Apa Beda Kalung Anti Corona Kementan dan Jepang?
Health

Selain Kementan, Jepang telah lebih dulu memproduksi kalung anti corona bernama 'virus shut out'. Lantas apa bedanya kalung anti corona milik Kementan dan produksi Jepang tersebut?

WowKeren - Beberapa waktu terakhir, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim adanya kalung "ajaib" yang mampu mematikan corona. Kalung tersebut berbasis pohon kayu putih (eucalyptus).

Bahkan Mentan menyebutkan jika kalung tersebut telah melewati hasil laboratorium di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dan teruji ampuh membunuh virus hanya dalam waktu dalam 15-30 menit pemakaian.

Sebelumnya, kalung serupa juga sempat diproduksi Jepang pada bulan Mei lalu. Kalung yang diberi nama kalung Virus Shut Out ini sendiri sudah banyak dipakai oleh para figur publik seperti selebriti, influencer, hingga pengusaha.

Namun, kedua kalung tersebut rupanya memiliki perbedaan yang signifikan. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry bahkan membeberkan perbedaan kedua kalung tersebut.

Fadjry menjelaskan kalung Kementan berbahan dasar kayu putih atau eucalyptus, sedangkan kalung buatan Jepang memilki kandungan klorin CaCI2 (Calcium Chlorida). "Kalung kita berisi serbuk eucalyptus dengan nano teknologi enkapsulasi berdasarkan hasil riset di Laboratorium dapat menghambat replikasi virus corona. Kalau kalung Jepang isinya klorin," ujarnya, Senin (6/7).

Lebih lanjut, Fadjry mengatakan isi kalung itu sama dengan formula yang untuk inhaler. Namun terkadang orang suka lupa menyimpan inhaler karena ukurannya yang kecil.

Serupa Tapi Tak Sama, Apa Beda Kalung Anti Corona Kementan dan Jepang?

Twitter


Oleh karena itu, dibentuk kalung sehingga orang akan mudah menghirup setiap 2-3 jam sekali 5-15 menit dihirup. Dihirup dengan cara mendekatkan kalung ke hidung, agar mampu menginaktivasi virus yang berada di rongga hidung. "Aromaterapi yang dihasilkan mengandung bahan aktif 1,8-cineole yang akan merusak struktur Mpro (Main Protein) dari virus sehingga virus akan sulit bereplikasi dan akhirnya terus berkurang jumlahnya," tuturnya.

Mekanisme ini berbeda dengan Shut Out yang dari Jepang yang kandungannya adalah CaCl2 (Calcium Chlorida) sejenis garam yang dapat memengaruhi kejenuhan udara di sekitarnya. Dengan demikian virus tidak nyaman di lingkungan tersebut.

Produk Shut Out tidak dihirup seperti kalung eucalyptus. Sehingga tidak akan efektif apabila seseorang lebih banyak beraktivitas di luar rumah. Sementara itu, untuk kalung eucalyptus diharapkan mampu menginaktivasi virus selama cara pakainya sesuai aturan.

"Klorin dioksida merupakan iritan yang berat pada saluran napas & mata." terangnya. "Sangat berbahaya bila ditelan atau dihirup. Menghirup klorin dioksida dpaat menyebabkan iritasi lapisan membran & saluran napas. Gejala bisa berupa batuk dan kesulitan bernapas."

Produk kalung aromaterapi Balitbangtan diformulasikan berbasis minyak Eucalyptus sp. dan didesain dengan teknologi nano dalam bentuk serbuk dan dikemas dalam kantong berpori. Dengan teknologi nano, ukuran partikel bahan aktif menjadi sangat kecil dan luas permukaannya menjadi sangat besar. Dengan demikian, luas bidang kontaknya menjadi sangat besar dan dapat menekan penggunaan bahan aktif.

Produk ini mengeluarkan aroma secara lepas lambat (slow release) sehingga berfungsi sebagai aroma terapi selama jangka waktu tertentu. Untuk mendapatkan efek aroma terapi yang optimal, penggunaannya dilakukan dengan cara menghirup aroma dari lubang-lubang kemasannya.

Produk ini mengandung bahan yang telah diuji secara in-vitro di laboratorium memiliki aktivitas anti virus, baik terhadap virus influenza maupun virus corona (gamma dan beta corona).

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait