Pegawai Nekat Bekerja Meski Alami Gejala COVID-19, Kasus Corona Australia Terus Meningkat
Dunia

Kasus COVID-19 di salah satu negara bagian Australia, Victoria masih tinggi hingga saat ini. Salah satu penyebabnya karena banyak pegawai yang masih masuk bekerja meski mengalami gejala virus corona.

WowKeren - Wabah corona (COVID-19) di Australia kian memburuk. Apalagi setelah negara bagian Victoria kembali diberlakukan lockdown.

Baru-baru ini pengakuan Menteri Utama negara bagian Victoria, Australia, Premier Daniel Andrews cukup mengejutkan publik. Pasalnya, saat ini masih banyak warganya yang tetap masuk kerja padahal sudah mengalami gejala COVID-19.

Premier Daniel menyebutkan saat ini terlalu banyak orang sakit yang tetap masuk kerja. "Sebenarnya tidak boleh masuk kerja kalau ada gejala. Tidak boleh kerja kalau merasa sakit, bahkan yang ringan sekali pun," ujarnya.

"Ini yang menjadi faktor penyebaran terbesar," lanjutnya. "Bukan satu-satunya, tapi merupakan faktor terbesar terjadinya penularan."

Ia memperingatkan jika warga tidak mengubah perilakunya, maka penyebaran akan terus terjadi dengan jumlah penularan tinggi, sehingga akan memaksa pemerintah menutup lebih banyak sektor usaha. "Para pengusaha, pemilik usaha, memiliki taruhan besar dalam hal ini," tegasnya. "Kita harus bekerja sama menjauhkan pekerja yang memiliki gejala dari tempat kerja. Atau usahanya akan ditutup."


Ia mengakui tidak adil bila pekerja yang tak mendapatkan cuti sakit harus menunggu berminggu-minggu untuk mendapatkan tunjangan AUD 1.500 dolar, yang tersedia bagi pekerja yang tak bisa masuk kerja karena menjalani isolasi mandiri atau harus mengasuh anak yang menjalani isolasi. "Saya sudah minta agar hal ini diperbaiki," katanya.

Hingga Senin (27/7), negara bagian Victoria mencatat rekor jumlah penularan harian tertinggi, yaitu 532 kasus baru, sejak pandemi terjadi beberapa bulan lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak enam orang meninggal dunia, lima di antaranya berasal dari klaster panti jompo.

Di Victoria sendiri telah mencatat 4.542 kasus aktif, 683 di antaranya terkait dengan panti jompo, serta 400 kasus terkait dengan tenaga kesehatan. Saat ini ada 245 orang yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, 44 orang di antaranya dalam perawatan intensif.

Menurut pejabat medis tertinggi Victoria Profesor Brett Sutton penyebaran COVID-19 di panti jompo merupakan akibat dari "penularan antar warga". Penularan yang terjadi merata antara pegawai dan penghuni panti jompo.

Sementara itu, negara bagian tersebut saat ini tengah memasuki pekan ketiga penguncian wilayah. Wakil Kepala Badan Medis Nick Coatsworth mengatakan Victoria kemungkinan membutuhkan waktu lebih dari enam minggu untuk melandaikan kurva COVID-19 karena virus itu sekarang melekat pada komunitas.

Bahkan negara bagian tetangga Victoria, New South Wales, juga bergulat dengan beberapa klaster virus yang muncul di sebuah hotel, satu restoran Thailand, dan satu tempat hiburan. Namun, sebagian besar kasus terkait dengan sumber-sumber yang tidak diketahui.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru