Obama Sebut Trump adalah Ancaman Besar Demokrasi AS
Dunia

Obama menilai pemimpin AS saat ini terperosok dalam krisis kepercayaan dan putus asa, menebar kebohongan dan informasi keliru untuk mengaburkan kebenaran.

WowKeren - Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dengan terang-terangan mengatakan bahwa Presiden Donald Trump merupakan ancaman besar terhadap demokrasi AS dan keadilan rasial.

Dilansir dari CNN, Obama melayangkan kritik tersebut ketika menghadiri pemakaman tokoh pejuang hak-hak sipil AS, anggota Kongres John Lewis, pada Kamis (30/7) lalu di Kota Atlanta, Georgia.

Obama menilai pemimpin AS saat ini terperosok dalam krisis kepercayaan dan putus asa, menebar kebohongan dan informasi keliru untuk mengaburkan kebenaran. Obama juga memberi kritik soal penanganan rasisme oleh pemerintah AS.

"Bull Connor mungkin sudah tiada. Tapi hari ini kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri para petugas polisi mencekik leher orang-orang kulit hitam," kata Obama.

"George Wallace mungkin sudah tiada. Tapi kita menyaksikan pemerintah federal kita menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan demonstrasi," lanjutnya.


Bukan hanya itu, Obama juga mengutuk ide Donald Trump menunda pemilu yang rencananya digelar pada November. Ia juga menyerukan revisi Senat demi mengakhiri persekongkolan partisan dan memastikan suara semua masyarakat AS diperhitungkan.

"Dan jika semua ini menghilangkan peninggalan Jim Crow untuk mengamankan hak yang diberikan Tuhan kepada setiap orang Amerika, maka itulah yang harus kita lakukan (melakukan gerakan antirasisme)," pungkasnya.

Di sisi lain, Obama sendiri memang dianggap sebagai tokoh utama dalam pilpres AS 2020. Partai Demokrat mendorong Obama menjadi juru politik Joe Biden, rival Trump di pemilu mendatang. Biden sendiri diketahui pernah menjadi wakil Obama selama dua periode.

Obama juga dianggap masih menjadi tokoh Partai Demokrat yang paling populer. Terutama bagi pemilih masyarakat kulit hitam dan pemilih muda. Tim kampanye Biden ingin Obama sering tampil dihadapan publik dalam beberapa bulan ke depan.

Jelang pilpres AS pada November mendatang, aksi "serang" pihak Biden dan Trump memang kian memanas. Trump menuding Biden tak kompeten dengan serangkaian tudingan yang sifatnya spekulasi. Trump menyebut mantan wakil Presiden era Barack Obama itu akan melipatgandakan pajak dan "menggunduli" polisi jika terpilih menjadi Presiden AS periode mendatang.

Sedangkan Biden juga kerap mengatakan alasannya maju dalam pemilihan Presiden karena marah dengan penilaian Trump terhadap peristiwa Charlottesville, Virginia, ketika unjuk rasa supremasi kulit putih bentrok dengan anti-rasisme dan menewaskan aktivis anti-rasisme. Isu ras menjadi semakin menguat setelah George Floyd, seorang laki-laki kulit hitam tewas di tangan polisi kulit putih di Minneapolis pada Mei lalu.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru