Ilmuwan Sebut Antibodi COVID-19 Meningkat dan Bisa Bertahan 4 Bulan Sejak Pasien Sembuh
Dunia

Karena studi hanya dilakukan pada subjek di Islandia tidak menutup kemungkinan hasil penelitian akan berbeda jika dilakukan di belahan dunia lain dengan populasi yang beragam

WowKeren - Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa tingkat antibodi terhadap virus corona mampu meningkat dalam tubuh seseorang bahkan bertahan hingga empat bulan lamanya. Hal ini terjadi pada 90 persen pasien yang sembuh dari virus itu.

Di penelitian-penelitian sebelumnya, disebutkan jika tingkat antibodi menurun drastis selama beberapa bulan setelah pasien terpapar COVID-19. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan tentang durasi kekebalan tubuh setelah pulih dari penyakit.

Kepala eksekutif deCode Genetics Kari Stefansson mengatakan jika temuan baru ini mungkin bisa bermanfaat untuk mengetahui risiko tertular COVID-19 kembali pada penyintas. "Temuan baru ini mungkin berimplikasi pada risiko reinfeksi dan ketahanan vaksin," ujarnya seperti dilansir Reuters, Kamis (3/9).

Adapun sudi yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine tersebut dilakukan pada subjek di Islandia. Peneliti melakukan penelitian terhadap tingkat antibodi pada lebih dari 30 ribu orang.


Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak orang di Islandia yang telah terinfeksi virus corona dan juga mempelajari tentang kekebalan setelah pemulihan. Dari hasil itu, mereka memperkirakan 1 persen populasi telah terinfeksi.

Dari puluhan ribu orang tersebut, sebanyak 56 persen telah menerima diagnosis yang telah dikonfirmasi lewat tes PCR. Di antara 1.215 orang yang dikonfirmasi positif COVID-19 ,melalui PCR, 91 persen memiliki tingkat antibodi yang meningkat selama dua bulan pertama setelah mereka didiagnosis sebelum akhirnya kembali stabil.

Kendati demikian, penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Pasalnya, studi hanya dilakukan pada suatu populasi di negara tertentu. Sehingga tidak menutup kemungkinan hasil penelitian akan berbeda jika dilakukan di belahan dunia lain dengan populasi yang beragam.

Namun, Stefansson menegaskan jika studi ini bisa menunjukkan bagaimana tes antibodi yang cermat dapat menentukan prevalensi infeksi yang sebenarnya. Masih dilansir Reuters, editorial yang menyertai penelitian itu mengingatkan jika masih belum diketahui secara pasti apakah antibodi pasien yang pulih akan melindungi mereka dari infeksi ulang.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru