Bahrain Klaim Normalisasi dengan Israel Tak Rugikan Pihak Mana pun
Getty Images
Dunia

Protes sporadis pecah di Bahrain sejak pihaknya menandatangani kesepakatan dengan Israel awal September ini. Bahrain sendiri menjadi negara Arab keempat yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

WowKeren - Raja Hamad bin Isa Al Khalifa menyatakan bahwa langkah Bahrain menjalin hubungan dengan Israel tidak ditujukan untuk menentang entitas atau negara mana pun. Justru ia mengklaim kesepakatan ini bertujuan menciptakan perdamaian komprehensif di Timur Tengah.

Dalam pernyataan kabinet yang dilaporkan Kantor Berita BNA, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa kembali menegaskan dukungan Bahrain untuk rakyat Palestina dan inisiatif damai Arab yang disusun pada 2002. Inisiatif tersebut menawarkan normalisasi hubungan Israel dengan imbalan kesepakatan pembentukan negara Palestina dan penarikan penuh Israel dari wilayah yang dirampas pada perang Timur Tengah 1967.

Ia juga menyebut kesepakatan itu menyerukan hubungan diplomatik penuh namun menghindari istilah normalisasi. "Toleransi dan hidup berdampingan menentukan identitas Bahrain yang sesungguhnya. Langkah kami menuju perdamaian dan kemakmuran tidak ditujukan untuk menentang entitas atau negara apa pun, sebaliknya demi kepentingan semua orang dan bertujuan untuk bertetangga yang baik," kata Raja Hamad.

Protes sporadis pecah di Bahrain sejak pihaknya menandatangani kesepakatan dengan Israel awal September ini. Bahrain merupakan negara Teluk Arab satu-satunya yang menyaksikan pemberontakan prodemokrasi yang cukup besar pada 2011, yang dihentikan berkat bantuan Arab Saudi dan Emirat. Negara tersebut menuding Muslim Syiah Iran mendukung protes tersebut, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Iran.

Bahrain sendiri mengikuti langkah UEA untuk menandatangani perjanjian diplomatik dengan Israel di Gedung Putih, Amerika Serikat, pada Selasa (15/9) waktu setempat. Perjanjian itu ditandatangani oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Bahrain serta Menteri Luar Negeri UEA. Seremoni di halaman Gedung Putih dihadiri ratusan orang, namun tidak ada jabat tangan karena kekhawatiran penularan COVID-19.


Pemerintahan Presiden Donald Trump mengatur perjanjian bersejarah itu pada bulan lalu menjelang pemilihan umum AS. Trump mengatakan perjanjian itu akan menjadi dasar perdamaian komprehensif di Timur Tengah. Presiden dari Partai Republik itu juga mengatakan bahwa perjanjian damai antara Israel, UEA, dan Bahrain itu akan mengakhiri konflik dan perpecahan di kawasan Timur Tengah.

"Berkat keberanian para pemimpin dari ketiga negara ini, kami mengambil langkah besar menuju masa depan di mana orang-orang dari semua agama dan latar belakang hidup bersama dalam damai dan kemakmuran," kata Trump.

Bahrain menjadi negara Arab keempat yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel setelah Mesir pada 1979, Yordania pada 1994, dan UEA pada Agustus 2020.

Kesepakatan normalisasi itu menuai kecaman publik Palestina. Mereka menyebut kesepakatan tidak mengakomodir kepentingan Palestina dan mengabaikan hak-hak mereka.

Otoritas Palestina mengatakan setiap kesepakatan dengan Israel harus didasarkan pada Prakarsa Perdamaian Arab tahun 2002 dengan prinsip "tanah untuk perdamaian" dan bukan "perdamaian untuk perdamaian" seperti yang dipertahankan Israel.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait