Iran Disebut Masih Ingin Balas Dendam pada AS atas Kematian Soleimani
Reuters
Dunia

Soleimani telah dianggap sebagai pahlawan oleh banyak orang berkat peran aktifnya dalam memerangi teroris, terutama ISIS. Hal itulah yang membuat Iran ingin membalas kematian Soleimani.

WowKeren - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan negaranya masih tetap membuka kemungkinan untuk melakukan pembalasan terhadap Amerika Serikat atas kematian mantan komandan Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

"Saya tidak dalam bisnis membuat ancaman, tapi bukunya tidak ditutup", kata Zarif saat berbicara dalam acara vritual Council on Foreign Relations, sebagaimana dikutip dari Republika.

Dalam acara tersebut, Zarif mengatakan Soleimani telah dianggap sebagai pahlawan oleh banyak orang di kawasan. Hal itu karena peran aktifnya dalam memerangi teroris, terutama ISIS. Oleh sebab itu banyak yang masih menginginkan jawaban atas kematiannya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut akan menjadi target militer Iran selama sisa hidupnya. Hal itu karena keterlibatannya dalam pembunuhan Soleimani. Peringatan tersebut ditulis Hossein Shariatmadari, pemimpin redaksi surat kabar Kayhan yang dikelola Iran. Kayhan merupakan rekan sekaligus perwakilan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di harian tersebut.

Tak hanya itu. Pada Sabtu pekan lalu, Garda Revolusi Iran mengancam akan memburu semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Soleimani.


Sebagai informasi tambahan, Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Irak pada awal Januari lalu. Penyelidik hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat yang menewaskan Qassem Soleimani dan sembilan orang lainnya merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional. PBB menilai AS telah gagal untuk memberikan bukti yang cukup tentang serangan tersebut.

Pelapor Khusus PBB, Agnes Callamard, menyatakan dalam laporannya bahwa serangan itu telah melanggar Piagam PBB. Callamard menyerukan akuntabilitas atas pembunuhan yang ditargetkan oleh drone dan regulasi senjata yang lebih besar.

Callamard menambahkan, serangan drone yang terjadi pada 3 Januari merupakan insiden pertama saat suatu negara menyebut pembelaan diri sebagai pembenaran untuk menyerang aktor sebuah negara di wilayah negara lain.

Serangan drone tersebut terjadi ketika konvoi kendaraan Soleimani meninggalkan bandara Baghdad, Irak. Iran telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden AS Donald Trump dan 35 orang lainnya atas pembunuhan Soleimani.

Soleimani sendiri adalah tokoh penting yang menyerukan kampanye Iran untuk mengusir pasukan AS dari Irak. Ia merupakan jenderal penting dalam membangun pasukan proxy Iran di Timur Tengah. Washington menuduh Soleimani mendalangi serangan oleh milisi yang berpihak Iran pada pasukan AS di wilayah tersebut.

Perintah pembunuhan Soleimani datang langsung dari Trump. Presiden AS itu mengklaim Soleimani memiliki rencana yang membahayakan para diplomat dan pasukan AS di Irak serta kawasan Timur Tengah. Oleh sebab itu, Washington membunuhnya. Peristiwa itu nyaris menyeret AS dan Iran dalam peperangan.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru