Imbas Normalisasi UEA-Bahrain dengan Israel, Palestina Pilih Mundur dari Kursi Ketua Liga Arab
Dunia

Langkah ini diambil setelah Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, mengatakan bahwa negaranya akan keluar dari Liga Arab usai UEA dan Bahrain melakukan normalisasi dengan Israel.

WowKeren - Palestina memutuskan mundur dari kursi ketua pertemuan Liga Arab. Hal tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas keputusan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain yang menjalin normalisasi diplomatik dengan Israel pada 15 September lalu.

"Palestina telah menyerahkan haknya atas memimpin dewan (menteri luar negeri) Liga (Arab) pada sesi saat ini. Tidak ada kehormatan melihat orang Arab terburu-buru menuju normalisasi selama masa kepresidenannya," kata Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.

Riyad al-Maliki mengklaim bahwa Palestina telah memberi tahu Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengenai keputusannya. Diketahui, Palestina seharusnya memimpin pertemuan Liga Arab selama enam bulan ke depan.

Langkah ini diambil setelah Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, mengatakan bahwa negaranya akan keluar dari Liga Arab. Shtayyeh mengklaim bahwa normalisai UEA dan Bahrain dengan Israel akan tercatat sebagai hari kelam dalam sejarah bangsa Arab. "Hari ini akan ditambahkan ke kalender penderitaan Palestina dan kalender kekalahan Arab," katanya.

Ia mengatakan kalau saat ini kabinetnya tengah mempertimbangkan untuk merekomendasikan agar Presiden Palestina Mahmoud Abbas merevisi hubungan dengan Liga Arab. Menurut dia, Liga Arab telah bungkam atas pelanggaran mencolok terhadap resolusinya sendiri.


Shtayyeh juga memandang Liga Arab saat ini sebagai simbol ketidakmampuan Arab. "Normalisasi Arab dengan Israel ini berbahaya bagi martabat Arab. Inisiatif Perdamaian Arab akan dibunuh. Solidaritas Arab akan mati," ujarnya menambahkan.

Pendirian Liga Arab diinisiasi enam negara, yakni Mesir, Irak, Yordania, Lebanon, Saudi, dan Suriah pada 1945. Saat ini, organisasi itu beranggotakan 22 negara di Timur Tengah dan Afrika, termasuk Palestina.

Inisiatif Perdamaian Arab mensyaratkan normalisasi negara-negara Arab dengan Israel dengan ketentuan setelah pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Palestina menuduh UEA dan Bahrain bertindak melanggar ketentuan Inisiatif Perdamaian Arab tersebut karena nyatanya hingga saat ini Palestina belum merdeka dan Yerusalem justru diklaim sepenuhnya milik Israel.

Sebagai informasi tambahan, Israel, Uni Emirat Arab, dan Bahrain resmi menormalisasi hubungan mereka dengan menandatangani perjanjian Abraham Accords di Gedung Putih, Washington D.C., Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump menyatakan perjanjian ini bakal mengubah alur sejarah.

Perjanjian itu ditandatangani oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Bahrain serta Menteri Luar Negeri UEA. Seremoni dilaksanakan di halaman Gedung Putih dan dihadiri ratusan orang.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait