Terinfeksi Virus Hanta, Perempuan Muda di Jerman Alami Gagal Ginjal
Dunia

Seorang perempuan muda asal Lower Saxony, Jerman, terinfeksi virus hanta yang dibawa oleh hewan tikus sehingga membuatnya mengalani gagal ginjal. Tim peneliti Charité's Institute of Virology pun melakukan penelitian terhadap kasus ini.

WowKeren - Di tengah pandemi virus corona (COVID-19), muncul ancaman wabah yang disebabkan virus hanta. Virus hanta sendiri biasa hidup pada hewan tikus, dan memiliki "anggota keluarga" seperti virus Puumala dan Dobrava-Belgrade.

Keluarga virus hanta tersebut menjadi ancaman di wilayah Eropa Tengah. Orang yang terkena virus tersebut akan terkena demam akut. Kadang, infeksi menjelma dalam HFRS (hemorrhagic fever with renal syndrome), sebuah penyakit dengan gejala demam, tekanan darah rendah, dan gagal ginjal akut.

Adapun "anggota keluarga" lain dari virus ini bernama virus Seoul. Sesuai namanya virus ini banyak ditemukan di Asia, ditularkan dari tikus, dan lebih sering menyebabkan penyakit parah.

Untuk pertama kalinya, satu tim peneliti yang dipimpin Profesor Jörg Hofmann, Kepala Unit Virus Hanta di Laboratorium Konsultan Nasional, Charité's Institute of Virology, mampu mendeskripsikan sebuah kasus orisinal di Jerman dari virus Seoul yang ditularkan tikus.

Bekerja sama dengan tim peneliti yang dipimpin Profesor Rainer G. Ulrich dari Friedrich-Loeffler-Institut (FLI) di Greifswald dan koleganya yang lain, Hofmann dkk mengidentifikasi virus itu dalam sampel seorang pasien perempuan muda asal Lower Saxony dan tikus peliharaannya.


"Virus ini berasal dari Asia dan mungkin sampai ke Eropa dibawa tikus liar menumpang kapal laut," kata Hofmann. "Yang jelas tidak pernah ditemukan sebelumnya di Jerman."

Tikus yang terinfeksi, yang berasal dari hasil pengembangbiakan untuk menjadi hewan rumahan, diduga diimpor dari negara berbeda. Setelah mengembangkan gejala gagal ginjal akut, si pasien muda itu membutuhkan perawatan intensif dan harus dirawat inap selama beberapa hari. Tes serologi yang dilakukan cepat mengkonfimasi diagnosis infeksi virus hanta, tapi dengan spesies secara spesifik yang masih belum jelas.

Bekerja sebagai spesialis laboratorium virus hanta, Hofmann dan timnya telah mengembangkan sebuah teknik diagnostik molekuler khusus yang mampu mengidentifikasi virus Seoul di sampel pasien. Menggunakan teknik yang sama, para ahli di Friedrich-Loeffler-Institut juga mampu mengkonfirmasi kalau tikus peliharaan si pasien terinfeksi virus yang sama.

"Susunan genetik kedua virus itu--yang ada pada pasien dan tikusnya--identik. Ini mengkonfirmasi kalau penyakit ditularkan oleh hewan ke manusia alias penyakit zoonosis," kata Hofmann.

Selama ini, Hofmann menambahkan, hanya kontak dengan mencit yang diduga bisa menyebabkan infeksi virus hanta.Tapi dengan temuan terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Emerging Infectious Diseases pada awal November 2020 ini, menjadi perlu untuk memperhitungkan peluang infeksi setelah kontak baik dengan tikus liar maupun rumahan.

Fakta bahwa patogen ini telah terkonfirmasi ada pada tikus rumahan, Hofmann menambahkan, berarti pula virus ini bisa terekspor, via perdagangan jenis satwa pengerat ini yang dipraktikkan di banyak bagian dunia. Para pelaku perdangan itu diminta hati-hati terutama yang memelihara tikus.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait