Banyak Negara Mulai Longgarkan Prokes COVID-19, WHO 'Elus Dada': Ini Belum Berakhir
Max Pixel
Dunia

WHO kembali menyerukan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir menanggapi banyaknya negara yang mulai melonggarkan protokol kesehatan setelah menjalani vaksinasi.

WowKeren - Beberapa waktu lalu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengungkap rencana pemerintahannya mencabut pengetatan protokol kesehatan COVID-19. Langkah serupa pun sebelumnya sudah diterapkan beberapa negara, yang tentu juga memicu diperbolehkannya turnamen sepak bola Euro digelar dengan penuh kemeriahan.

Meski untuk beberapa pihak ini bisa menjadi motivasi agar terus melawan pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sontak "mengelus dada" karenanya. WHO menilai banyak yang mencabut pengetatan prokes terlalu dini sehingga risiko yang akan dihadapi ke depannya pun begitu besar.

Hal ini disampaikan Pakar Kedaruratan WHO, Mike Ryan, dalam konferensi pers mingguannya hari Senin (5/7) kemarin. Apalagi karena saat ini malah dunia diancam dengan gelombang baru wabah COVID-19 yang diakibatkan oleh varian baru virus Corona yang tak boleh dipandang remeh.

"Semua negara di Amerika, kita bahkan masih mencatatkan satu juta kasus per pekan," jelas Ryan. "Begitu pula di Eropa, dengan setengah juta kasus per pekan.


"Ini bukan wujud pandemi sudah berakhir," imbuh Ryan, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (6/7). "Ini belum berakhir."

Kecemasan soal datangnya gelombang baru wabah COVID-19 yang mungkin lebih tidak terkendali juga disampaikan oleh Direktur WHO area Afrika, Dr Matshidiso Moeti, pada Kamis (1/7) pekan lalu. "Kecepatan dan skala gelombang ketiga (yang menerjang Afrika) tidak seperti yang selama ini kita saksikan," tuturnya mendeskripsikan seberapa mengerikannya gelombang baru wabah infeksi virus Corona tersebut.

"Kasus COVID-19 berlipat ganda setiap 3 pekan, lebih buruk jika dibandingkan dengan sebelumnya per empat pekan sekali di awal gelombang kedua," imbuh Moeti. Kecemasan ini diperburuk dengan varian baru Corona seperti Delta yang sudah terbukti jauh lebih cepat menular ketimbang varian lain, seperti tampak "melumpuhkan" beberapa negara.

WHO sendiri mengklaim sudah 98 negara dan region yang terinfeksi virus Corona varian Delta ini. Varian ini juga bertanggung jawab atas 90 persen kasus infeksi baru di Inggris, pun 30 persen di Amerika Serikat.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait