Tak Peduli COVID-19, Konsumsi Hewan Liar Masih Marak di Asia Termasuk Indonesia
pixabay.com/Ilustrasi/BlenderTimer
Dunia

Sejumlah negara Asia telah mengeluarkan undang-undang baru untuk menekan penjualan daging semak serta membatasi aktivitas di pasar basah selama pandemi berlangsung.

WowKeren - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut hampir 3/4 dari penyakit menular baru yang menyebar ke manusia berasal dari hewan. Pada April, tim investigasi menyimpulkan bahwa pasar makanan laut di Wuhan adalah rute yang paling mungkin dilalui COVID-19 sebelum menular ke manusia. Sebagai tindakan lanjut, WHO mendesak negara-negara untuk menghentikan penjualan mamalia liar.

Beberapa negara Asia telah mengeluarkan undang-undang baru untuk menekan penjualan daging semak dan membatasi aktivitas di pasar basah selama pandemi corona. Juli lalu, Vietnam menangguhkan semua impor satwa liar dan memberlakukan hukuman berat bagi pelanggar, termasuk 15 tahun penjara. Namun sayangnya survei tidak menemukan adanya perubahan positif dalam perdagangan produk satwa liar yang terjadi di negara itu.

Sementara itu di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah berusaha meyakinkan pejabat setempat untuk menutup pasar satwa liar di seluruh negeri sejak awal pandemi. Pejabat di kota Solo (Jawa Tengah) termasuk di antara mereka yang mencatat, memerintahkan pemusnahan ratusan kelelawar di Depok yang merupakan salah satu pasar burung dan anjing serta satwa liar terbesar di sana.


"Mereka secara brutal memusnahkan ratusan kelelawar saat COVID-19 pertama kali menyerang lalu berhenti menjualnya," kata koordinator koalisi di Koalisi Indonesia Bebas Daging Anjing Lola Webber. "Tapi dari apa yang saya dengar, sekarang bisnis itu masih berjalan seperti biasa."

Marison Guciano, pendiri Flight, sebuah LSM yang melindungi kehidupan burung Indonesia, mengatakan hal serupa. Ketika baru-baru ini ia mengunjungi pasar itu, penjualan hewan liar untuk konsumsi masih marak. "Mereka masih secara terbuka menjual kelelawar serta ular, kelinci, kura-kura, musang, berang-berang, kucing, anjing, hamster, landak, burung beo, burung hantu, burung gagak dan elang," paparnya.

Mirisnya, hal serupa masih terjadi di pasar basah di seluruh Indonesia. Sementara itu, Four Paws, kelompok kesejahteraan hewan merilis foto yang menunjukkan ratusan kelelawar, anjing, burung, tikus, ular, dan hewan lainnya dijual di tiga pasar berbeda di Sulawesi Utara. Foto ini diambil pada Juni lalu.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait