Badai Kritikan untuk IOC Jelang Pembukaan Olimpiade Tokyo di Tengah Lonjakan COVID-19
Pixabay/Агзам Гайсин
Dunia
Olimpiade Tokyo

Banyak yang blak-blakan menilai IOC sudah gagal menyiapkan Olimpiade Tokyo yang aman di tengah lonjakan pandemi COVID-19, karena itulah mereka menuntut pembatalan agenda.

WowKeren - Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan pemerintah Jepang bersikeras menyelenggarakan Olimpiade Tokyo di tengah lonjakan kasus COVID-19. Kedua pihak sama-sama menegaskan mampu menggelar turnamen olahraga internasional ini dengan aman dan protokol kesehatan sangat ketat.

Sebagai pengingat, beberapa peraturan ketat yang diberlakukan meliputi program "gelembung", di mana atlet dan ofisial terkait dikarantina ketat di "kampung atlet". Mereka harus menunjukkan hasil negatif tes COVID-19 pun telah divaksin. Mereka juga harus selalu memakai masker kecuali waktu tidur, makan, dan berkompetisi. Serta pemenang turnamen harus mengalungkan sendiri medalinya demi keamanan.

Direktur Eksekutif IOC, Christophe Dubi, tak menampik masih ada risiko penyebaran COVID-19 dengan berbagai kebijakan ini. "Namun interaksi populasinya sangat dibatasi sehingga kita bisa memastikan transmisi antargrup adalah hampir mustahil," terang Dubi kepada reporter di Tokyo, dikutip dari Al Jazeera.

Namun badai kritikan menerpa IOC yang dianggap tidak mampu mengawasi penerapan peraturan mereka sendiri dengan baik. Koran Mainichi misalnya misalnya melaporkan kondisi semrawut di Bandara Narita ketika atlet dan banyak pelaku perjalanan lain berbaur.

"Beberapa atlet bahkan mendekat ke pelaku perjalanan lain dan penggemar juga meminta tandatangan mereka," tutur Mainichi. Lalu Asahi Shimbun juga melaporkan delegasi Olimpiade Tokyo mengambil swafoto dan menyapa penumpang lain selama di bandara.


Pekerja hotel juga dilaporkan kesulitan memonitor pergerakan atlet dan ofisial terkait. "Kami kesulitan dengan tugas kami mengawasi karantina delegasi olimpiade. Bahkan ini seharusnya bukan pekerjaan kami," tegas pekerja kepada Asahi Shimbun.

Karena itulah, kritikan makin sering terarah kepada IOC yang dianggap gagal menerapkan program karantina atlet mereka. "Panduan IOC tidak sempurna dan banyak pengunjung serta delegasi yang tidak mematuhinya," ungkap mantan Direktur Institut Kesehatan Masyarakat di King's College London, Kenji Shibuya.

Shibuya juga menyoroti pemakaian tes antigen untuk memeriksa kondisi delegasi olimpiade oleh Imigrasi Jepang. Hal senada juga disampaikan Asisten Profesor Ilmu Kesehatan Icahn School of Medicine di Mount Sinai, Amerika Serikat, Annie Sparrow yang menilai IOC tidak memahami dengan baik karakteristik virus Corona.

"Seharusnya mereka memasang HEPA filter di setiap ruangan hotel, venue, kendaraan yang dipakai delegasi, kafetaria, semua ruang publik," tegas Sparrow. "Menutup wajah saja tidak akan melindungi mereka."

Sparrow juga mendesak tes COVID-19 serta vaksinasi dilaksanakan bukan cuma kepada atlet tetapi juga ofisial yang mendampingi, pekerja, hingga relawan. "Lakukan juga tes genom secara real time demi mencegah adanya virus Corona yang 'terbawa pulang'," tegas Sparrow.

Masih banyak yang mendesak supaya Olimpiade Tokyo dibatalkan saja meski pembukaan akan diselenggarakan dalam hitungan jam. "Tidak mungkin agenda ini terselenggara dengan aman. IOC memiliki waktu setahun untuk mempersiapkan, tapi mereka sudah gagal. Membatalkan Olimpiade Tokyo adalah langkah paling aman," desak Associate Profesor di Universitas Kansai Jepang, Satoko Itani.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait