Kasus COVID-19 Jepang Pecah Rekor, Aturan Rawat Inap Tuai Kritikan
Pixnio
Dunia

Pemerintah Jepang pada Senin (2/8) memutuskan untuk hanya mengizinkan pasien COVID-19 bergejala berat yang dirawat di rumah sakit di wilayah yang mengalami lonjakan kasus demi mencegah kekurangan tempat tidur.

WowKeren - Jepang mencatat rekor baru dengan melaporkan lebih dari 14 ribu kasus COVID-19 dalam sehari pada Rabu (4/8). Menjelang Upacara Penutupan Olimpiade, Tokyo pun mencatatkan rekor baru dengan 4.166 kasus COVID-19 dalam sehari.

Sebagian besar kasus baru di Tokyo terdiri dari orang-orang berusia di bawah 40 tahun. 1.380 pasien di antaranya berusia 20-an, sedangkan 885 orang berusia 30-an.

Kemudian ada juga 658 pasien berusia 40-an, 493 berusia 50-an, dan 339 pasien berusia antara 10-19 tahun. Hanya 131 pasien berusia 65 tahun atau lebih.

Selain itu, Tokyo juga melaporkan satu kasus kematian baru akibat COVID-19. Lalu ada 115 pasien yang mengalami gejala cukup serius hingga memerlukan ventilator dan peralatan lain untuk bernapas, bertambah tiga orang dibanding hari sebelumnya.


Di sisi lain, peraturan pemerintah Jepang terkait rawat inap di rumah sakit untuk pasien COVID-19 justru menuai kritik. Diketahui, pemerintah Jepang pada Senin (2/8) memutuskan untuk hanya mengizinkan pasien COVID-19 bergejala berat yang dirawat di rumah sakit di wilayah yang mengalami lonjakan kasus demi mencegah kekurangan tempat tidur.

Kebijakan tersebut berubah 180 derajat dari sebelumnya, kala pemerintah menyatakan semua pasien COVID-19, kecuali mereka yang hanya bergejala batuk ringan, pada prinsipnya harus dirawat di rumah sakit. Pada Rabu, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa memutuskan untuk menuntut pemerintah membatalkan kebijakan rawat inap yang baru tersebut.

Michiyo Takagi selaku Wakil Kepala Kebijakan Partai Komeito yang merupakan mitra koalisi junior LDP mengkritik kebijakan tersebut di parlemen pada Rabu. "Saya ingin pemerintah mempertimbangkannya kembali, termasuk kemungkinan penarikan (kebijakan)," jelas Takagi dilansir Kyodo News.

Meski demikian, Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan bahwa bagaimanapun juga, ia tidak akan menarik kembali keputusan tersebut. Kepada wartawan, Suga menyatakan bahwa keputusan "ini adalah tindakan untuk menyediakan perawatan medis" bagi mereka yang sangat membutuhkannya.

Membatasi perawatan rumah sakit hanya untuk mereka yang sakit parah dimaksudkan untuk mengatasi situasi di Tokyo dan sekitarnya yang mengalami lonjakan kasus. Kebijakan tersebut "tidak berlaku secara seragam di seluruh negara," tutur Suga.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait