Sempat 'Diabaikan', Luhut Sebut Indikator Kematian Bakal Dipakai Lagi Dalam PPKM Level 4
Instagram/kemenkomarves
Nasional

Pada evaluasi PPKM Level 4 sebelumnya, Menko Marives Luhut menyebut bahwa indikator kematian tidak menjadi penentu atau bahan evaluasi karena ada perbaikan data.

WowKeren - Pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 Jawa-Bali periode 10 hingga 16 Agustus kemarin, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marives) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan indikator kematian tidak digunakan sebagai penentu atau bahan evaluasi. Pada perpanjangan PPKM Level 4 Jawa-Bali kini pun belum dipakai juga.

Luhut menyebut bahwa indikator kematian dikeluarkan sementara untuk perbaikan terutama dalam hal pelaporan sehingga akurasi bisa lebih baik. Seperti yang terjadi pada 10 Agustus lalu, ada satu kota yang angka kematiannya melonjak berkali-kali lipat. Setelah dicek, ternyata angka kematian tersebut 77 persen berasal dari periode sebelum Juli.

"Saya perlu tegaskan bahwa kami tidak mengeluarkan indikator kematian secara permanen," tegas Luhut dalam konferensi pers virtual, Senin (16/8). "Dalam 1-2 minggu ke depan perbaikan data dan pelaporan ini selesai sehingga indikator kematian ini akan masuk kembali dalam assesmen level."


Sebelumnya, terkait dengan pengeluaran sementara indikator kematian dalam evaluasi penerapan PPKM Level 4 Jawa-Bali, mendapat tanggapan dari Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman. Dicky mengatakan bahwa alasan tersebut tidak bisa dibenarkan.

"Masalah input data itu tidak bisa jadi alasan, saat pandemi ini juga enggak ada yang real time," tutur Dicky pekan lalu. "Makanya dalam data selalu dihitung pergerakan dalam 7 hari. Alasan itu tidak tepat dan tidak bisa kita menghilangkan indikator yang sangat penting, ini bahaya."

Dicky mengkhawatirkan jika indikator kematian "diabaikan" dan tidak segera dibereskan, maka Indonesia akan semakin lama keluar dari pandemi COVID-19 ini. "Ini lah yang saya khawatirkan, salah satu indikator kenapa saya menempatkan Indonesia dalam potensi bakal keluar gelombang paling akhir pandemi, karena manajemen data ini," terang Dicky.

Sementara itu, angka COVID-19 di Indonesia sendiri saat ini masih terbilang tinggi. Meski demikian, beberapa waktu belakangan sudah menunjukkan penurunan yang cukup baik. Seperti DKI Jakarta yang telah berhasil keluar dari zona merah.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait