Jenderal Junta Militer Myanmar Salahkan Oposisi Usai 'Ditendang' dari KTT ASEAN
AFP
Dunia

Jenderal Min Aung Hlaing menegaskan pihaknya hanya menuntut keadilan, namun perlawanan dari kelompok anti kudeta, yang disebutnya sebagai teroris, memicu terjadinya berbagai aksi kekerasan.

WowKeren - Rapat darurat pada Jumat (15/10) pekan lalu menetapkan Jenderal Min Aung Hlaing, pimpinan junta militer Myanmar untuk dikecualikan dalam KTT ASEAN 26-28 Oktober 2021. Sedianya Myanmar akan diwakilkan oleh pihak non-politik yang sampai saat ini masih belum jelas siapa yang dimaksud.

Jenderal Min pada Senin (18/10) pun memberikan tanggapannya. Ia menegaskan bahwa pihak militer Myanmar hanya berniat mengembalikan keadilan di negaranya, namun apabila kini ada peristiwa berdarah semua semata akibat perlawanan pihak oposisi.

"Kekerasan terus terjadi akibat provokasi dari kelompok teroris," tegas Jenderal Min, merujuk pada kelompok anti-kudeta Myanmar yang terus menyampaikan protes. Jenderal Min menyampaikan hal ini lewat siaran di televisi nasional sebagai bentuk amarah Ibu Kota Naypyidaw atas keputusan ASEAN.

"Tidak ada yang menginginkan kekerasan. Kami hanya menuntut penyelesaian masalah. ASEAN seharusnya memahami hal tersebut," imbuh Jenderal Min.


Kendati demikian, pemerintah militer Myanmar tetap akan membebaskan lima ribu tahanan anti-kudeta. Jenderal Min menyebut sebanyak 5.636 tahanan akan dibebaskan saat Festival Thadingyut bulan Oktober 2021 ini.

Sebagai informasi, kelompok aktivis Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) melaporkan lebih dari 7.300 orang sedang dalam tahanan akibat melawan kudeta 1 Februari tersebut. Hanya saja pihak junta militer tak menjabarkan siapa saja yang akan dibebaskan, begitu pula otoritas tahanan yang tidak menjawab permintaan wawancara dari AFP.

Namun sejauh ini junta militer telah melepaskan lebih dari dua ribu tahanan anti-kudeta pada Juli 2021 kemarin. Meski demikian, AAPP juga mencatat setidaknya 1.100 warga sipil terbunuh akibat kudeta yang kini mengkriminalisasi mantan pimpinan de facto Myanmar Aung San Suu Kyi serta mantan Presiden Win Myint.

Kendati diwarnai dengan berbagai peristiwa berdarah, perlawanan terhadap militer yang kembali menguasai Myanmar tidak berhenti. Beberapa warga bahkan dilaporkan merapat ke perbatasan Myanmar untuk berlatih bersama kelompok-kelompok etnis bersenjata yang selama ini melawan junta militer.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait