AS Disebut Ingin Lemahkan Persiapan Rusia Atas Rencana Penyerangan Terhadap Ukraina
pexels.com/Matthis
Dunia

Konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina tampaknya semakin memanas memicu kekhawatiran akan terjadinya perang. Hal ini lantas disoroti juga oleh pihak Amerika Serikat dan sekutunya.

WowKeren - Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut ada kemungkinan bahwa Rusia akan menginvasi Ukraina pada Februari mendatang. Di sisi lain, Biden juga telah melakukan perbincangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Kamis (27/1).

Melansir AP News, dalam jeda dari masa lalu, AS dan sekutunya disebut semakin mengungkapkan temuan intelijen mereka ketika menghadapi persiapan Rusia untuk menyerang Ukraina. Tidak hanya itu, mereka bahkan disebut ingin melemahkan rencana Presiden Rusia Vladimir Putin dengan mengekspos mereka dan membelokkan upayanya untuk membentuk dunia.

Dalam beberapa pekan terakhir, Gedung Putih diketahui mempublikasikan apa yang dikatakannya sebagai operasi "bendera palsu" Rusia yang sedang berkembang untuk menciptakan dalih untuk invasi. Di sisi lain, Inggris menyebut bahwa orang-orang Ukraina tertentu dituduh memiliki hubungan dengan perwira intelijen Rusia yang berencana menggulingkan Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Sementara itu, AS diketahui juga merilis peta posisi militer Rusia dan merinci bagaimana para pejabat percaya jika Rusia akan mencoba menyerang Ukraina dengan menurunkan sekitar 175 ribu tentara. Para ahli pun memuji tindakan dari Gedung Putih karena mendeklasifikasi intelijen dan bergerak untuk membantah klaim palsu sebelum dibuat apa yang disebut sebagai "prebuttal" yang melemahkan keefektifannya.


Hal tersebut lantas dinilai menjadi lebih baik dibandingkan dengan penjelasan setelah fakta. Akan tetapi, rilis informasi bukan berarti tidak mengandung risiko. Penilaian intelijen yang membawa berbagai tingkat kepastian, dan selain menawarkan foto-foto pergerakan pasukan, AS dan sekutunya disebut hanya memberikan sedikit bukti lain.

Masih melansir AP News, Moskow disebut telah menolak klaim Washington sebagai histeria dan menyebut kegagalan intelijen Amerika di masa lalu itu termasuk informasi palsu yang diajukan tentang program senjata Irak. Sejauh ini, belum terlihat ada tanda-tanda perubahan yang jelas dari Rusia. Justru Rusia tampak terus menggerakkan pasukan ke Ukraina dan Belarus yang merupakan sekutu di utara Ukraina.

Selama ini, Rusia dikenal menggunakan disinformasi sebagai taktik untuk menabur kebingungan dan perselisihan sebagai bagian dari strategi konflik secara keseluruhan. Seperti yang dilakukan ketika Rusia menginvasi Semenanjung Krimea Ukraina pada tahun 2014, ia melakukan kampanye untuk mempengaruhi penduduk etnis Rusia di wilayah tersebut.

Kali ini, kata AS, Rusia mencoba menggambarkan para pemimpin Ukraina sebagai agresor dan membujuk warganya sendiri untuk mendukung aksi militer. Di saat yang bersamaan, AS dan sekutunya pun menuding Rusia telah menempatkan operasi di Ukraina Timur yang dapat menggunakan bahan peledak untuk melakukan tindakan sabotase terhadap pasukan proxy Rusia sendiri dan kemudian menyalahkan Kyiv.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru