Cerita Kelam Penduduk Desa Ukraina Timur yang Hadapi Serangan Rusia, Kini Mulai Ditinggalkan
Dunia

Sebuah desa di Ukraina Timur jadi saksi konflik panas dengan Rusia. Penduduknya yang tinggal sedikit itu pun kini menjalani hidup dengan kecemasan dan kekhawatiran.

WowKeren - Sebuah desa di Ukraina Timur jadi saksi konflik dengan Rusia. Dikelilingi oleh ladang gandum yang kosong dan terkubur di bawah lapisan salju yang tebal, desa Nevelske di wilayah Donbas Ukraina Timur itu kini terbengkalai. Desa itu hancur di tengah meningkatnya krisis Ukraina-Rusia yang telah membawa Eropa ke ambang kehancuran konflik.

Para penduduk telah telah melewati lebih dari tujuh tahun hidup dalam panasnya konflik antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia. Menurut kantor urusan kemanusiaan PBB (OCHA), ada sekitar 300 orang yang tinggal di Nevelske sebelum perang dimulai pada 2014. Populasi telah turun menjadi 45 pada saat serangan November dan sekarang makin sedikit.

Sebelum serangan, Nevelske adalah desa yang relatif modern. Penduduk telah bekerja keras untuk mengembangkan desa dan dapat menanam cukup banyak sayuran di ladang terdekat untuk sebagian besar swasembada. Hal yang sangat penting bagi penduduk lanjut usia yang tidak dapat bekerja.

Valentina Omelnycka, wanita berusia 63 tahun mengaku punya banyak cerita dengan rumahnya. Setelah serangan pertama terjadi pada 14 November, dia dan suaminya Andriy Dmytryuchenko, berharap serangan itu hanya terjadi satu kali dan memutuskan untuk tetap tinggal di rumah mereka.

Tetapi pada dini hari tanggal 18 November, Dmytryuchenko ingat melihat cahaya di langit melalui jendela dan memanggil Omelnycka dan anak tiri Olha Snehovska, 36, ke tempat perlindungan mereka di ruang bawah tanah.


"Semuanya bergetar, dan ketika kami keluar semuanya hilang dan kami tidak tidur sama sekali malam itu. Kami melihat sekeliling halaman dan melihat lumbung hilang, bebek bertelur mati dan babi, satu penuh pecahan peluru, mati. Kami berusaha keras untuk membuatnya bagus dan semuanya hancur dalam 40 menit," ujar Dmytryuchenko.

Seperti halnya pemukiman lain di daerah yang dikuasai militer, Operasi Pasukan Gabungan Ukraina menyebut "zona merah", mendengar suara tembakan dan ledakan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di Nevelske.

Ia telah melewati pertempuran sejak perang pecah setelah Rusia menginvasi dan mencaplok Semenanjung Krimea selatan Ukraina dan mendukung separatis yang merebut sebagian besar wilayah timur negara itu. Kedua belah pihak mencapai gencatan senjata pada tahun 2015, tetapi permusuhan terus berlanjut dan hampir 14.000 orang telah tewas, termasuk lebih dari 3.000 warga sipil.

Omelnycka dan Dmytryuchenko mengatakan bahwa selama konflik, ranjau dan senjata lain telah menyerang kebun dan ladang, tetapi jarang rumah di desa. Keduanya pun tampak sangsi jika ada penduduk yang mau kembali tinggal di desa itu dengan kondisi konflik yang makin memanas.

"Setelah pertempuran terberat di sini pada tahun 2014, orang-orang kembali setelah sebulan, tapi kali ini saya tidak berpikir mereka akan melakukannya. Waktu itu pengeboman dilakukan secara acak, tapi kali ini rasanya seperti menyasar ke rumah warga. Mereka tahu warga sipil tinggal di sini, kita seharusnya tidak menjadi sasaran. Tapi mereka langsung mengarah ke kita," pungkas Omelnycka

Dari 50 bangunan desa, 16 terkena dan 11 hancur. Banyak rumah Nevelske masih layak huni. Tapi serangan itu membuat desa itu tanpa gas dan listrik, dan tanpa air karena penggunaan pompa air bertenaga listrik.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru