Inggris Sebut Rusia Telah Menggunakan Senjata Termobarik Selama Invasi ke Ukraina
Dunia

Sebelumnya, sudah ada beberapa pihak yang juga menyebut Rusia telah menggunakan bom 'vakum' Termobarik saat menginvasi Ukraina. Senjata ini sendiri dilarang digunakan di bawah Konvensi Jenewa.

WowKeren - Sebagian kota di Ukraina yang berhasil diduduki oleh Rusia diketahui telah hancur. Pada Rabu (9/3) kemarin, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan bahwa Rusia telah mengkonfirmasi penggunaan sistem senjata Termobarik atau biasa disebut dengan bom "vakum" selama invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.

Seperti yang diketahui, bom vakum itu bisa menyebarkan bahan peledak di area yang luas yang menggunakan oksigen di sekitarnya, sebagai bahan bakar ketika meledak. Kemudian menciptakan gelombang ledakan yang berlangsung jauh lebih lama daripada bahan peledak konvensional.

Selain itu, bom Termobarik juga mampu menyedot udara dari paru-paru seseorang sehingga menyebabkan terisi cairan, atau bahkan menyebabkan paru-paru seseorang pecah hingga meledak. "Dampak dari (TOS-1A) sangat menghancurkan," bunyi keterangan Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah video dilihat pada Kamis (10/3).

"Itu dapat menghancurkan infrastruktur dan menyebabkan kerusakan signifikan pada organ dalam dan luka bakar kilat, yang mengakibatkan kematian bagi mereka yang terpapar," jelas Kementerian Pertahanan Inggris.

Sementara itu, Ketua DPR Nancy Pelosi, D-Calif mengatakan bahwa pihaknya membahas penggunaan bom vakum Rusia dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu (9/3). "Kami berbicara tentang senjata yang digunakan Putin, senjata yang dilarang dalam Konvensi Jenewa, termasuk bom curah dan bom vakum, yang menyebabkan penderitaan parah," ungkap Pelosi kepada wartawan.


Di sisi lain, Sekretaris Pers Pentagon John Kirby mengatakan bahwa ia "tidak melihat indikasi" bahwa Rusia telah menggunakan senjata Termobarik di Ukraina. Sebelumnya, Oksana Markarova selaku Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat (AS), pada mulanya mengakatan bahwa pasukan Rusia menggunakan bom vakum.

"Mereka harus membayar, mereka harus membayar harga yang mahal," ujar Markarova setelah bertemu dengan Kongres kepada wartawan pada 28 Februari 2022 lalu.

Hal serupa juga disampaikan oleh Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield pada 2 Maret lalu, bahwa Rusia telah memindahkan bom vakum ke Ukraina, serta menduing Putin meningkatkan "kebrutalan kampanyenya melawan" negara tersebut.

"Kami telah melihat video pasukan Rusia memindahkan persenjataan yang sangat mematikan ke Ukraina," tutur Linda dalam sambutannya di PBB pada saat itu. "Itu termasuk munisi tandan dan bom vakum yang dilarang di bawah Konvensi Jenewa."

Menanggapi hal tersebut, Human Rights Watch menerangkan bahwa bom vakum dinilai "cenderung digunakan sembarangan" karena radius ledakannya yang besar. "Di wilayah perkotaan, sangat sulit untuk membatasi efek senjata ledakan yang ditingkatkan pada kombatan," papar Human Right Watch.

"Dan sifat senjata ledakan yang ditingkatkan membuat hampir tidak mungkin bagi warga sipil untuk berlindung dari efek destruktif mereka," lanjut organisasi tersebut.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru