Pengakuan Hacker dari Berbagai Negara yang Bersatu Untuk Ukraina dan Lawan Rusia
Pixabay
Dunia

Menurut perusahaan NetBlocks yang memantau konektivitas internet global, pasukan hacker yang tersebar luas di seluruh dunia tersebut telah berhasil menggangggu layanan web Rusia.

WowKeren - Sekitar 300 ribu hacker menjadi sukarelawan untuk melawan Rusia. Mereka mendaftar ke grup Telegram yang disebut sebagai "Pasukan IT Ukraina", dimana para peserta diberi tugas yang dirancang untuk melawan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menurut perusahaan NetBlocks yang memantau konektivitas internet global, pasukan hacker yang tersebar luas di seluruh dunia tersebut telah berhasil menggangggu layanan web Rusia. Ketersediaan situs Kremlin dan Duma (majelis rendah parlemen Rusia) disebut telah "berhenti" sejak serangan ke Ukraina dimulai. Selain itu, situs layanan media milik negara, beberaoa bank, dan raksasa energi Gazprom juga menjadi sasaran.

"Serangan crowdsourced telah berhasil mengganggu pemerintah Rusia dan situs media yang didukung negara," ungkap direktur NetBlocks, Alp Toker, dilansir The Guardian pada Rabu (16/3).

Toker menambahkan bahwa Rusia telah berusaha untuk mengurangi serangan dan mencegah hacker dengan memfilter akses ke situs web tertentu. Namun hal tersebut justru menyebabkan gangguan lebih lanjut.

Sebagai informasi, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri untuk Transformasi Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov, telah menggunakan platform Twitter-nya untuk meminta para eksekutif di perusahaan teknologi terbesar di dunia memutus hubungan dengan Rusia. Pada 26 Februari, Fedorov mengunggah tautan ke grup Telegram yang didirikan oleh departemen kementeriannya untuk menciptakan pasukan IT.

Salah satu relawan yang tertarik untuk bergabung dalam grup tersebut adalah seorang remaja asal Swiss bernama Kali (bukan nama sebenarnya). Meski Swiss telah lama mempertahankan kebijakan netralitas militer, Kali terdorong untuk bertindak ketika melihat cuitan Fedorov.

"Saya ingin membantu dan menggunakan keterampilan menyerang saya untuk membantu Ukraina," ujarnya di Telegram. "Saya dari Swiss, tetapi saya seorang hacker yang kuat dan saya sangat menyesal untuk setiap orang Ukraina. Saya melakukannya karena saya mendukung Ukraina dan saya ingin membantu. Saya pikir jika kita meretas infrastruktur Rusia, mereka akan berhenti, mungkin, karena tidak ada yang akan berfungsi lagi."


Selain kali, ada pula seorang relawan dengan sebutan Coraline (bukan nama sebenarnya) dari wilayah metropolitan New York. Coraline yang berusia 20-an tersebut telah memberitahu orangtuanya bahwa ia bergabung dengan pasukan IT Ukraina. "Mereka mulai khawatir," ungkapnya.

Setelah menyaksikan video Twitter dan Instagram yang mengungkapkan dampak buruk konflik terhadap warga sipil Ukraina, Caroline merasa harus bertindak ketika dia melihat tweet Fedorov. Coraline telah melihat betapa merusaknya penyebaran disinformasi selama kampanye kepresidenan Donald Trump.

"Pemilihan 2016 adalah pembuka mata terhadap efek yang tidak menguntungkan dari hal-hal ini, dan bagaimana hal itu benar-benar memengaruhi beberapa hubungan kita di dunia nyata," paparnya.

Sementara itu, pakar IT Lituania dengan sebutan Enrique merasa bergabung dengan grup Telegram tersebut merupakan "hal yang benar untuk dilakukan". Sebelumnya, Enrique tidak terlalu peduli kala Rusia menduduki Donbas pada tahun 2014 silam. Namun ketika berita itu menjadi lebih mendesak di televisi Lituania, dia tidak bisa mengabaikan situasinya lagi.

"Tumbuh dengan orang tua Anda yang menceritakan kisah tentang bagaimana mereka diasingkan ke Siberia, hidup bersama Anda sepanjang hidup Anda," katanya. "Kami takut bahwa kami akan menjadi yang berikutnya."

Enrique sendiri tidak berfokus untuk menghancurkan internet Rusia. Namun ia lebih fokus untuk mengkooptasi orang-orang Rusia biasa untuk bangkit melawan diktator mereka.

"Saya berharap dunia dapat menekan orang-orang Rusia sedemikian rupa sehingga mereka bersedia mengevaluasi kembali pendidikan mereka, memahami bahwa orang-orang meminta mereka untuk membantu, melihat apa yang sebenarnya terjadi dan mungkin mereka akan bangkit seperti itu," tukasnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru