Menlu Rusia Sebut Kesepakatan Damai Dengan Ukraina Hampir Tercapai, Kapan Invasi Berakhir?
AP
Dunia

Hingga saat ini, Rusia dan Ukraina masih berupaya untuk mengakhiri 'perang' di antara mereka. Keduanya pun telah mengirimkan masing-masing perwakilan untuk menegoisasikan perdamaian.

WowKeren - Invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina hingga saat ini masih belum juga mereda. Namun kekinian, diketahui konflik yang memanas itu menunjukkan tanda-tanda perdamaian.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Lavrov mengatakan bahwa sebuah kesepakatan dengan Kyiv pada "status netral" untuk Ukraina sebagai bagian dari perjanjian damai bisa dekat. Selain itu, ia juga mengatakan sebagai pasukan Ukraina meluncurkan gelombangan serangan balik terhadap pasukan Rusia.

Lebih lanjut, Lavrov menyatakan dalam sebuah wawancara media bahwa pembicaraan dengan Kyiv berhasil meskipun pertumpahan darah terus berlanjut, menggemakan komentar optimis yang hati-hati semalam dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. "Negosiasi tidak mudah karena alasan yang jelas, namun demikian, ada beberapa harapan untuk mencapai kompromi," ujar Lavrov kepada RBC News, dikutip Rabu (16/3).

"Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentunya dengan jaminan keamanan," lanjut Lavrov. "Inilah yang sekarang sedang dibahas dalam pembicaraan. Ada kata-kata yang benar-benar spesifik dan menurut saya, kedua pihak hampir menyetujuinya."

Sementara itu, dalam pidato yang disampaikan oleh Zelenskyy pada Rabu (16/3) pagi, ia mengatakan bahwa pihaknya meyakini ada kemungkinan ruang untuk kompromi dengan Rusia. Ia pun mengaku mendapat laporan bahwa pertemuan lebih lanjut telah menjadi lebih realistis.

"Pertemuan berlanjut dan, saya diberitahu, posisi selama negosiasi sudah terdengar lebih realistis. Tetapi waktu masih diperlukan agar keputusan itu sesuai dengan kepentingan Ukraina," tutur Zelenskyy dalam pidato. "Usaha tetap diperlukan, kesabaran dibutuhkan. Setiap perang berakhir dengan kesepakatan."


Sebelumnya, pada Selasa (15/3), Zelenskyy diketahui muncul ke publik untuk menawarkan Kremlin sebuah cabang zaitun dengan mengatakan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO.

Di sisi lain, secara terpisah, negosiator utama Moskow, Vladimir Medinsky mengakan bahwa delegasinya dalam pembicaraan dengan perwakilan dari Kyiv berusaha agar Ukraina mengambil status yang sebanding dengan Swedia atau Austria, dua negara anggota Uni Eropa yang bukan anggota aliansi militer NATO.

Usulan tersebut pun diketahui juga dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada Rabu (16/3) pagi. Kemudian, Medinsky mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan itu "lambat dan sulit" tetapi mengklaim bahwa Kremlin menginginkan perdamaian "sesegera mungkin".

Medinsky menambahkan bahwa masalah lain sedang dibahas, termasuk status semenanjung Krimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014, serta republik yang memproklamirkan diri di Luhansk dan Donetsk.

Menanggapi hal tersebut, Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, yang terlibat langsung dalam pembicaraan dengan Medinsky mengatakan bahwa "kata-kata tentang model netralitas Swedia atau Austria" gagal mencerminkan perlunya Ukraina memiliki jaminan atas keamanannya.

"Ukraina sekarang dalam keadaan perang langsung dengan Rusia. Oleh karena itu, model hanya dapat menjadi Ukraina dan hanya tentang jaminan keamanan yang diverifikasi secara hukum. Dan tidak ada model atau pilihan lain," papar Podolyak.

Selanjutnya, Podolyak mengatakan bagian penting dari kesepakatan apa pun adalah kesepakatan oleh barat bahwa mereka akan membantu Ukraina jika terjadi konflik di masa depan dengan Rusia dan bahwa tidak akan ada keraguan dalam menerapkan "zona larangan terbang".

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru