Jelang Pertemuan, Presiden Ukraina Bersedia Bahas Permintaan Netralitas Rusia Dengan Syarat Ini
Instagram/zelenskiy_official
Dunia

Delegasi Rusia dan Ukraina akan kembali melakukan putaran baru pertemuan perdamaian. Presiden Ukraina bahkan menyebut telah siap untuk membahas status netral bersama Rusia.

WowKeren - Invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina tampaknya kini akan memasuki babak baru. Pada 29-30 Maret 2022, delegasi Rusia dan Ukraina diketahui akan mengadakan pertemuan negosiasi tatap muka. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Kepala Tim Negosiasi Rusia, Vladimir Medinsky pada Minggu (27/3).

"Hari ini, putaran negosiasi lain dengan Ukraina melalui tautan video terjadi. Akibatnya, diputuskan untuk bertemu langsung pada 29-30 Maret," ujar Medinsky di Telegram, dikutip Senin (28/3).

Sementara delegasi Ukraina, David Arakhamia mengatakan bahwa putaran live berikutnya akan digelar di Turki pada 28-30 Maret. Adapun putaran baru pembicaraan ini disebut berlangsung setelah militer Rusia mengumumkan pada Jumat (25/3), bahwa tugas utama tahap pertama operasi militer khusus Rusia di Ukraina telah selesai secara umum.

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mengatakan bahwa pihaknya siap untuk membahas mengadopsi status netral sebagai bagian dari kesepakatan damai dengan Rusia, tetapi langkah tersebut harus dijamin oleh pihak ketiga dan dimasukkan ke dalam referendum.


"Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir negara kita. Kami siap untuk melakukannya. Ini adalah poin yang paling penting," ujar Zelenskyy saat berbicara dengan wartawan Rusia dalam panggilan video yang diterbitkan oleh media lokal pada Minggu (27/3), meskipun otoritas Moskow memperingatkan terhadap publikasi.

Zelenskyy diketahui menyampaikan pesannya itu menggunakan bahasa Rusia secara keseluruhan, seperti yang telah ia lakukan dalam pidato-pidato sebelumnya ketika berbicara kepada audiens Rusia. Ia juga menyampaikan bahwa imbas dari invasi menyebabkan kota-kota berbahasa Rusia di Ukriana, mengalami kerusakan yang lebih buruk daripada perang Rusia di Chechnya.

Kemudian, Zelenskyy menuturkan bahwa pihaknya juga tengah membahas penggunaan bahasa Rusia di negaranya, namun menolak untuk membahas tuntutan lainnya, seperti demiliterisasi Ukraina. Menurutnya, kesepakatan damai tidak akan mungkin terjadi tanpa gencatan senjata dan penarikan pasukan.

Zelenskyy mengaku mengesampingkan upaya untuk merebut kembali semua wilayah yang dikuasai Rusia dengan paksa, dengan alasan itu akan mengarah pada perang dunia ketiga. Selain itu, ia mengatakan ingin mencapai "kompromi" atas wilayah Donbas timur, yang dipegang oleh pasukan yang didukung Rusia sejak 2014.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait