Nasib Warga Muslim Ukraina Jalani Ramadan di Tengah Serangan Bom Rusia
Dunia

Bulan puasa Ramadan tahun ini akan menjadi sulit dan emosional bagi populasi Muslim Ukraina setelah serangan invasi Rusia. Meski begitu, semangat Ramadan tampaknya tetap tak luntur.

WowKeren - Warga Muslim di Ukraina bakal menjalani Ramadan tahun ini dengan kondisi yang sangat berbeda dari biasanya. Berbagai kesulitan dan kekhawatiran tampaknya akan mendampingi ibadah puasa Ramadan mereka tahun ini di tengah serangan invasi dari Rusia.

Tapi rupanya banyak yang berencana menggunakan musim amal ini untuk mengumpulkan uang guna mendukung mereka yang membutuhkan. "Kami harus menyesuaikan semuanya," ucap Niyara Nimatova, seorang Tatar Krimea dan ketua Liga Muslim Ukraina.

Pada hari pertama bulan puasa yang kemungkinan dilaksanakan Sabtu (2/3), Nimatova berencana untuk menyiapkan makan malam berbuka puasa dengan sekelompok keluarga pengungsi yang tinggal bersamanya di pusat Islam di Chernivtsi.

"Banyak Muslim pergi ke luar negeri dan mereka yang masih di Ukraina membutuhkan dukungan,” ujarnya melalui telepon dari kota Ukraina barat tempat dia dipindahkan dari provinsi tenggara Zaporizhzhia, yang sebagiannya berada di bawah kendali Rusia.

Muslim membentuk sekitar satu persen dari populasi Ukraina. Sebelum perang, Ukraina adalah rumah bagi lebih dari 20.000 warga negara Turki, serta sejumlah orang Turki, terutama Tatar Krimea.


Persiapan Ramadhan tahun ini sulit dan emosional karena bom jatuh di negara itu dan jam malam diberlakukan. Membatasi pergerakan di malam hari ketika keluarga berkumpul untuk berbuka puasa. Tergusur oleh perang, banyak juga yang jauh dari rumah dan teman-teman. Namun, mereka bertekad untuk memanfaatkan periode perayaan dengan sebaik-baiknya.

"Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, berdoa untuk keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina,” kata Nimatova, yang suaminya, Muhammet Mamutov, adalah seorang imam.

Nimatova mengatakan dia harus mengubah banyak rencananya untuk Ramadan tahun ini. Termasuk pelajaran agama, meskipun beberapa akan pindah online dan upaya untuk memberi makan para tunawisma.

“Di Zaporizhzhia, komunitas Muslim beragam. Ada banyak kebangsaan yang berbeda dan semua akan menyiapkan hidangan nasional mereka. Suatu hari kami akan makan biryani India, mantsev Palestina atau plov Uzbekistan lainnya,” beber Nimatova.

"Sekarang kami tinggal bersembunyi saat mendengar sirene. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Secara psikologis memang sulit." pungkasnya.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru