Pelaku Bom Surabaya Keponakan Teroris Bom Bali I, Warga Tutup Lagi Tanah Makam
Nasional

Tanah yang sudah digali langsung ditutup kembali lantaran pemakaman 7 jenazah teroris ditolak mentah-mentah oleh warga sekitar TPU Putat Gede, Surabaya.

WowKeren - Ledakan bom bunuh diri terjadi tiga gereja, yaitu Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan GPPS Arjuna. Dalang dibalik tragedi tersebut adalah keluarga Dita Oeprianto. Dita diketahui menurunkan istri dan dua anak perempuannya, Fadila dan Famela, di GKI Diponegoro.

Dita kemudian menuju ke GPPS Arjuna untuk meledakkan bom yang diletakkan dalam mobil Avanza miliknya. Sementara dua putranya, Yusuf dan Firman, "bertugas" meledakkan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Keduanya mengendarai sepeda motor yang telah ditempel bom.

Keluarga Dita pun kini menjadi sorotan. Dita belum lama ini bahkan disebut sebagai keponakan dari Sukastopo, anggota jaringan Bom Bali I. Hal tersebut disampaikan oleh Ali Fauzi Manzi dalam diskusi publik di Gedung LIPI, Jakarta Selatan, pada Kamis, 17 Mei 2018. Ali sendiri pernah menjadi kepala instruktur perakit bom pada jaringan Jaamah Islamiyah (JI) bersama Amrozi dan Ali Imron yang bertindak sebagai pelaku.

"Dita sesungguhnya keponakan daripada Pak Sukastopo. Pak Sukastopo ini siapa? Ditangkap pada tahun 2002 akhir. Karena, masuk jaringan Bom Bali I," ujar Ali. "Berarti, teroris melahirkan teroris. Genetiknya nyambung."

Menurut pria yang masih saudara kandung Amrozi, Ali Ghufron, dan Ali Imron ini, jaringan para teror seperti ini sulit dilacak. Pasalnya, mereka selalu merahasiakan aktivitasnya. Tindakan satu keluarga menjadi teroris pun bukanlah hal yang baru.


"Di 2002 dan seterusnya sudah ada keluarga yang ramai-ramai masuk jaringan (teroris), salah satunya saya," lanjut Ali. "Yang dilakukan Dita sekeluarga bukan bimsalabim dan sudah melakukan radikalisasi usia dini baik kepada anaknya yang laki-laki dan anak-anaknya yang perempuan dan mereka sudah paham, sudah tahu, saya yakin."

Namun untuk kasus bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, ia mengaku tidak terlalu tahu. "Kecuali pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya. Tapi pelaku bom bunuh diri di gereja itu satu keluarga sudah paham dan mereka tentu ada perpisahan dan ada dialog-dialog sebelum melakukan itu," tambah Ali.

Sementara itu, nasib 7 jenazah teroris bomber gereja Surabaya hingga saat ini masih terlunta-lunta. Pemakaman yang hendak dilakukan di TPU Putat Gede, Surabaya, ditolak mentah-mentah oleh warga.

Akibat penolakan tersebut, tanah makam yang sedianya sudah digali kini juga ditutup lagi oleh warga. Hal tersebut dibenarkan Kapolsek Sawahan Kompol Dwi Eko. Meski sempat dijaga oleh personel kepolisian, warga tetap datang dan memblokade jalan masuk ke pemakaman.

"Tidak jadi dimakamkan. Belum jadi. Yang jelas belum dimakamkan hari ini. Liang lahat juga ditimbun lagi oleh warga," ujar Dwi dilansir Kumparan pada Jumat, 18 Mei 2018. ""Warga tambah sore tambah banyak. Mereka datang bawa cangkul dan sekop dari rumah. Tentu kami tidak bisa menahan. Tugas kami hanya mengamankan."

(wk/diah)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel