Bukan Hanya Hujan, Ini Kata BNPB Soal Penyebab Terjadinya Longsor di Sukabumi
Nasional

Menurut BNPB, daerah longsor dengan kemiringan tiga puluh persen tersebut seharusnya menjadi kawasan konservasi.

WowKeren - Malam tahun baru ternyata tak selalu menjadi momen untuk bersuka cita bagi setiap orang. Senin (31/1) malam warga Kampung Cigarehong, Desa Sirnaresmi, Sukabumi harus berduka karena longsor yang melanda.

Terkait musibah tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membeberkan fakta penyebab longsor. Penyebab utama longsor di Sukabumi menurut Kepala BNPB, Sutopo, adalah karena hujan. Meskipun intensitasnya rendah, hujan ini dapat menyebabkan keretakan pada tanah.

“Penyebab longsor di sini yang pertama karena hujan dengan intensitas rendah,” kata Sutopo saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (2/1). “Yang terjadi sebelum kejadian.”

Sutopo melanjutkan bahwa material penyusun tanah di daerah tersebut bersifat poros, yakni sangat mudah menyerap air. Akibatnya, struktur tanahnya gembur dan remah sehingga sangat rawan sekali menyebabkan longsor.

“Material penyusun daerah sini adalah tanah yang bersifat poros. Poros itu artinya mudah sekali menyerap air,” lanjut Sutopo. “Dan dari jenis yang di sana sifat tanahnya gembur. Remah. Sehingga mudah sekali terjadi longsor.”


Selain faktor alam berupa curah hujan dan kondisi tanah, ternyata manusia juga ikut menjadi penyebab terjadinya longsor itu. Tanah di wilayah tersebut sangatlah subur sehingga membuat penduduk yang tinggal di sana memanfaatkannya untuk kegiatan bercocok tananam.

Padahal kata Sutopo, kawasan tersebut seharusnya digunakan untuk konservasi. Karena fungsi tanah sudah beralih menjadi kawasan budidaya maka tidak ada tumbuhan atau pepohonan yang mampu menjadi pegangan. Inilah yang juga menjadi penyebab longsor.

“Jadi ini adalah fenomena bencana alam tetapi faktor antropogenik dalam hal ini di mana daerah yang harusnya kawasan konservasi menjadi kawasan lindung,” jelas Sutopo. “Karena kemiringan lerengnya lebih dari 30 persen, saat ini sudah berkembang menjadi kawasan budidaya.

Akibat posisi lereng yang terjal serta didukung oleh kondisi tanah yang mudah menyerap air, maka ketika terjadi longsor kerusakan yang terjadi juga cukup besar. Sebanyak tiga puluh rumah tertimbun dalam kondisi rusak berat.

“Sehingga Kampung Cimapag sebanyak 30 rumah yang ada di sini,” kata Sutopo. “Tertimbun oleh longsor dalam kondisi rusak berat.”

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel