Bentrok di Sudan Kian Memanas, KBRI Siapkan 2 Tempat Berlindung Bagi WNI
Twitter/makloubae
Dunia

Duta Besar Rossalis Rusman Adenan mengungkap ada sekitar 1.300 WNI yang berada di Sudan. Mayoritas merupakan mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Ibu Kota Khartoum.

WowKeren - Konflik dan bentrokan yang terjadi di Sudan, Afrika Utara, kian memanas. Pemerintah Sudan pun menyatakan jumlah korban bentrok aparat keamanan dengan demonstran pro-demokrasi di Ibu Kota Khartoum telah meningkat menjadi setidaknya 61 orang dalam tiga hari terakhir.

Informasi pemerintah tersebut ditampik oleh para dokter yang berpihak ke oposisi. Mereka mengklaim bahwa sudah ada lebih dari 100 orang yang tewas ditembak aparat keamanan sejak Senin (3/6). Selain itu, mereka juga mengaku ada 40 jenazah ditemukan di Sungai Nil di Khartoum pada Rabu (5/6) lalu.

Krisis tersebut pun mengharuskan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk menyiapkan tepat perlindungan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang membutuhkan. Menurut Duta Besar Rossalis Rusman Adenan, pihaknya telah menetapkan status siaga untuk seluruh WNI di Sudan sejak 15 April 2019 lalu.

"Kami telah menyiapkan dua safe house (tempat perlindungan), masing-masing di Wisma Duta dan di kantor KBRI Khartoum," tutur Rossalis dilansir BBC News Indonesia pada Jumat (7/6). "Di Wisma Duta dan di kantor KBRI kami menyediakan persediaan bahan-bahan pokok untuk sekitar 100 orang untuk masa satu minggu."


Rossalis mengungkapkan terdapat sekitar 1.300 WNI yang berada di Sudan. Mayoritas merupakan mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di Khartoum, terutama di Universitas Internasional Afrika dan Universitas Omdurman.

"Pekerja migran Indonesia di Khartoum sekitar 200 orang," jelas Rossalis. "Ada juga mahasiswa di kota Madani dan personil TNI/Polri yang menjadi pasukan penjaga perdamaian PBB di Darfur dan di Abyei."

KBRI sendiri berkomunikasi dengan warga Indonesia melaluui organisasi-organisasi yang mewadahi WNI. KBRI juga memperkuat tim perlindungan WNI yang dianggotai oleh staf KBRI dan perwakilan masyarakat, terutama yang berasal dari kalangan mahasiswa.

"Koordinatornya dipilih berdasarkan wilayah konsentrasi di mana sebagian besar warga Indonesia bermukim, misalnya di sekitar Universitas Internasional Afrika," tutur Rossalis. "Banyak mahasiswa Indonesia yang tinggal di daerah ini."

Beruntung, sejauh ini tak ada laporan WNI yang terkena dampak konflik politik di Sudan. Meski demikian, Rossalis mengaku pihaknya akan terus memantau situasi. "Kami meminta agar tetap tenang tapi juga meningkatkan kewaspadaan," ujar Rossalis.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru