Cerita Miris Pengungsi Rohingya Sebelum Diselamatkan Warga Aceh: Minum Air Urine Demi Tetap Hidup
AFP
Dunia

Pada Rabu (24/6), nelayan lokal Aceh memindahkan para pengungsi ke kapal motor milik mereka. Otoritas setempat kemudian mengizinkan para pengungsi mendarat dengan pertimbangan kemanusiaan.

WowKeren - Para pengungsi Rohingya yang selamat di Lhokseumawe, Aceh, rupanya menceritakan kepedihan yang mereka alami selama berada di laut lepas dan terombang-ambing di atas kapal. Mereka mengaku sempat disiksa oleh penyelundup, bahkan harus meminum air urine untuk bertahan hidup.

Dua orang pengungsi mengatakan, pelaku perdagangan manusia yang dibayar untuk mengangkut mereka dengan kapal memindahkan para Rohingya ke kapal baru lalu ditinggalkan di tengah laut. Penyelundup itu sempat menyiksa pengungsi Rohingya sampai ada yang meninggal dunia, dan kemudian jasadnya dilarung ke laut.

"Salah satu dari kami meninggal. Awalnya ada makanan, tetapi ketika sudah selesai, mereka (pedagang manusia) membawa kami ke kapal lain dan membiarkan kami terdampar sendirian," tutur salah satu pengungsi Rohingya di pusat penahanan Imigrasi di Lhokseumawe, dilansir dari Republika.

Pengungsi lain juga mengaku mendapat perlakuan yang buruk dan kekerasan fisik. Bahkan telinganya dipotong dan kepalanya dipukul. Tak hanya itu, pengungsi lainnya yang turut berbagi cerita juga mengungkapkan bahwa mereka bertahan hidup dengan mengandalkan sedikit beras dan kacang-kacangan.


Untuk air minum pun, mereka bergantung pada air hujan. Beberapa pengungsi bahkan terpaksa meminum air urine agar tetap hidup. "Terkadang kami memeras pakaian basah dan meminum tetesan airnya," kata salah satu pengungsi tersebut. "Kami tidak mendapatkan cukup makanan atau air, (tetapi) kami selamat."

Pada Rabu (24/6) lalu, kepolisian Aceh mengonfirmasi bahwa nelayan lokal memindahkan para pengungsi ke kapal motor milik mereka karena kapal pengangkut barang yang sebelumnya ditumpangi pengungsi mengalami kerusakan. Kapal tersebut sempat merapat ke daratan tetapi penumpangnya belum diizinkan turun, menunggu kebijakan otoritas setempat yang mempertimbangkan protokol penanganan pandemi corona (COVID-19).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kemudian menyatakan pada Kamis (25/6) bahwa otoritas mengizinkan para pengungsi mendarat dengan pertimbangan kemanusiaan. Para pengungsi Rohingnya akhirnya dievakuasi ke daratan Pantai Lancuk di Kecamatan Syamtalira Bayu. "Berdasarkan pertimbangan kemanusiaan, kami memberikan bantuan darurat bagi mereka," tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri RI melaporkan jumlah pengungsi sebanyak 94 orang, yang terdiri dari 49 perempuan, 15 laki-laki, dan 30 anak-anak. Namun menurut data terbaru setelah pengungsi mendarat, jumlahnya adalah 99 orang, terdiri atas 48 perempuan, 17 laki-laki, serta 34 anak-anak berdasarkan catatan Komisioner Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait