Vaksin BCG Diklaim Bisa Lindungi Diri Dari COVID-19, WHO Buka Suara
Shutterstock
Health

Para ilmuwan menemukan bahwa vaksin tuberkulosis tersebut memainkan peran penting dalam mengurangi angka kematian akibat virus corona (COVID-19). WHO pun merespon terkait temuan tersebut.

WowKeren - Para ilmuwan sedang mencari tahu penyebab beberapa negara berkembang menunjukkan tingkat kematian jauh lebih rendah akibat virus corona (COVID-19). Penelitian pun dilakukan demi mengungkap "misteri" tersebut.

Penelitian oleh Asisten Profesor Luis Escobar dari Sekolah Tinggi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di National Institutes of Health pun meneliti Bacille Calmette-Guerin (BCG), vaksin tuberkulosis yang secara rutin diberikan kepada anak-anak di negara-negara dengan tingkat infeksi tuberkulosis tinggi.

Mereka menemukan bahwa vaksin tuberkulosis tersebut memainkan peran penting dalam mengurangi angka kematian akibat COVID-19. Temuan ini pun dipublikasikan di Prosiding National Academy of Science.

"Dalam penelitian awal, kami menemukan bahwa negara dengan tingkat vaksinasi BCG tinggi memiliki tingkat kematian lebih rendah," jelas Escobar, seorang anggota fakultas di Departemen Konservasi Ikan dan Satwa Liar dilansir Medical Express.

Tetapi, Escobar berpendapat bahwa setiap negara berbeda. Seperti Guatemala memiliki populasi yang lebih muda daripada Italia. Sehingga penelitiannya harus menyesuaikan pada data untuk mengakomodasi perbedaan tersebut.


Escobar pun bekerja sama dengan para peneliti NIH Alvaro Molina-Cruz dan Carolina Barillas-Mury, mengumpulkan data mortalitas kasus COVID-19 di seluruh dunia. Berdasarkan data itu, tim peneliti menyesuaikan variabel, seperti pendapatan, akses ke layanan pendidikan dan kesehatan, ukuran, kepadatan populasi dan distribusi usia.

Melalui semua variabel, hasilnya menunjukkan bahwa negara dengan tingkat vaksinasi BCG yang lebih tinggi memiliki tingkat kematian yang lebih rendah akibat COVID-19. Salah satu sampel yang menonjol adalah Jerman, yang memiliki rencana vaksin berbeda sebelum penyatuan negara pada tahun 1990.

Diketahui jika Jerman Barat menyediakan vaksin BCG untuk bayi dari tahun 1961 hingga 1998 sedangkan Jerman Timur berhenti melakukan vaksinasi pada 1975. Artinya orang Jerman yang lebih tua adalah populasi paling berisiko bila terinfeksi virus corona COVID-19.

Data terakhir pun menunjukkan Jerman Barat memiliki angka kematian 2,9 kali lebih tinggi daripada Jerman Timur. "Tujuan penggunaan vaksin BCG untuk melindungi pasien COVID-19 yang parah dengan cara merangsang kekebalan tubuh yang lebih luas dan cepat," terang Escobar.

Meski peneliti menyebutkan jika vaksin BCG terbukti memberikan perlindungan siang yang luas bagi sejumlah penyakit pernapasan akibat virus, selain TBC. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa tidak ada bukti kalau vaksin BCG bisa melindungi orang dari infeksi COVID-19.

Bahkan WHO juga tidak merekomendasikan vaksin BCG sebagai tindakan pencegahan. Saat ini ada uji klinis yang sedang berlangsung untuk mencari bukti kemampuan vaksin BCG untuk memberikan perlindungan daru virus corona pada orang dewasa.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait