Pakar Desak PSBB-WFH Kembali Dilakukan Usai 100 Ribu Lebih Positif Corona, Memang Seberapa Efektif?
Getty Images
Nasional

Epidemiolog Griffith University menyarankan agar WFH kembali dilakukan usai RI mencatatkan 100 ribu lebih kasus positif COVID-19. Peneliti pun mengungkap seberapa efektif WFH untuk menekan wabah.

WowKeren - Pakar Epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyarankan agar Indonesia memberlakukan kembali work from home (WFH) sampai akhir tahun. Imbauan ini khususnya ditujukan untuk sektor non-esensial, termasuk pendidikan.

Imbauan ini disampaikan usai Indonesia mencatatkan lebih dari 102 ribu kasus positif COVID-19 hingga Selasa (28/7) hari ini. Namun tentu menjadi pertanyaan, memang seberapa efektif WFH untuk menekan laju penularan infeksi virus Corona?

Pertanyaan ini pun dijawab lewat sebuah penelitian oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh seorang dokter anak bernama David Rubin dari Children's Hospital of Philadelphia. Menurut hasil penelitian ini terungkap bahwa memperbanyak aktivitas dari rumah bisa menurunkan 50 sampai 60 persen laju penularan wabah.

Para ilmuwan rata-rata menemukan bahwa penurunan perjalanan bisnis non-esensial sampai 50 persen berkorelasi dengan turunnya 46 persen angka reproduksi virus alias laju penularan wabah. Sedangkan bila perjalanan terkait diturunkan sampai 75 persen dapat mengurangi nilai reproduksi virus hingga 60 persen.


Artinya, semakin besar penurunan perjalanan bisnis non-esensial berbanding lurus dengan penurunan nilai R alias reproduksi virus. Selain itu kepadatan populasi dan cuaca juga ikut berdampak meski tidak sejelas parameter WFH tadi.

Dengan demikian, para ilmuwan membenarkan bahwa pembatasan jarak sosial termasuk dengan memperbanyak aktivitas dari rumah berpotensi mengurangi penularan COVID-19. Oleh karenanya peneliti mengimbau agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah apabila memang tidak benar-benar penting.

Apalagi karena risiko penularan COVID-19 di dalam ruangan, seperti perkantoran, justru jauh lebih besar ketimbang di alam terbuka. Hal ini tak lepas dari sifat virus yang berpindah dengan microdroplet.

"Jelas faktor terkuat dalam model kami yang dikaitkan dengan pengurangan transmisi adalah jarak sosial," ungkap Rubin, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (28/7). "Kita perlu menerima aturan standar seperti mengenakan masker, mengurangi jumlah kerumunan, dan membatasi akses ke lokasi seperti bar di dalam ruangan, di mana risiko wabah paling tinggi."

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait