COVID-19 di Turki Melonjak, Dokter & Politisi Saling Lempar Kesalahan
Dunia

Turki kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19 hingga mencapai lebih dari 1.600 orang beberapa waktu terakhir. Hal ini lantas memicu ketegangan di antara para dokter dan politisi.

WowKeren - Kasus COVID-19 di Turki kembali mengalami lonjakan beberapa waktu terakhir. Hal ini lantas memicu ketegangan antara dokter dan politisi.

Dikutip dari Reuters, Senin (21/9), kedua belah pihak saling tuding. Dari sisi dokter, mereka mencurigai bahwa angka kasus yang dilaporkan resmi pemerintah itu masih di bawah angka aktual sementara dari sisi politisi, mereka menuduh asosiasi medis gagal dalam mengatasi pandemi COVID-19 di negara yang dipimpin oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan ini.

Lebih dari 1.600 kasus baru dan 60 kematian akibat COVID-19 sekarang dilaporkan setiap hari, jauh dari tingkat puncak pada bulan April. Angka ini terus meningkat, dengan jumlah rata-rata kematian sekarang tiga kali lipat dari tingkat yang tercatat antara Juni dan Agustus.

Para dokter di Turki mengenakan pita hitam pada minggu ini untuk memperingati rekan-rekannya yang telah meninggal, sebagai bentuk protes yang juga bagian dari kampanye media sosial dengan pesan untuk pemerintah: "Anda tidak dapat mengaturnya, kami lelah".

Banyak dokter mempertanyakan angka resmi COVID-19, dengan mengatakan bahwa meskipun mereka tidak memiliki data nasional independen mereka sendiri, skala kasus yang mereka lihat di tingkat lokal tidak sesuai dengan gambaran yang lebih besar yang disajikan oleh pemerintah.


"Jumlah hanya satu kota, atau jumlah yang diungkapkan oleh satu atau dua kamar medis hampir sama dengan jumlah (resmi) untuk seluruh negeri," kata dokter Halis Yerlikaya yang bekerja di sebuah rumah sakit di Provinsi tenggara Diyarbakir dilansir Reuters. "Proses ini tidak ditangani secara transparan."

Mengenakan pita hitam di jas medis putihnya, ia mengatakan dokter ingin menyoroti tantangan dan risiko yang mereka hadapi. "Kami telah mencoba untuk menyampaikan suara rekan kami yang terjangkit COVID-19, yang berjuang untuk hidup mereka di rumah sakit. Oleh karena itu, kami memulai protes ini," imbuhnya.

Sayangnya, aksi para dokter tersebut memicu teguran keras dari sekutu parlemen Presiden Tayyip Erdogan, yang menuduh mereka melakukan pengkhianatan dan menyerukan agar asosiasi medis ditutup. "Asosiasi Medis Turki sama berbahayanya dengan virus corona dan menyebarkan ancaman," demikian kicauan yang ditulis oleh Anggota dari Partai Gerakan Nasionalis Devlet Bahceli. "Asosiasi Medis yang membawa kata 'Turki' dalam namanya harus segera dan tanpa penundaan ditutup."

Menteri Kesehatan Fahrettin Koca menepis kritik asosiasi terhadap data COVID-19, dengan mengatakan dia telah berulang kali menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh jumlah yang terus bertambah dan tidak mengecilkan tantangan yang dihadapi rumah sakit.

"Menurut saya, situasinya merepotkan. Saya katakan, jumlah kasus kritis naik 100% dibandingkan bulan lalu. Saya mengungkap jumlah kematian yang 4,5 kali lebih banyak dari bulan lalu," katanya. "Tapi sama sekali tidak ada kesalahan dalam bagan yang kami rilis, dalam hal beban perawatan kesehatan."

Sementara itu, hingga kini Turki telah melaporkan sekitar 300.000 kasus COVID-19, dengan hampir 7.400 kematian. Sedangkan angka COVID-19 secara global saat ini telah mencatat angka lebih dari 31 juta orang dengan kasus meninggal sebanyak 965.063 dan yang sembuh ada lebih dari 22 juta orang.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru