Presiden Emmanuel Macron Buka Suara Soal Serangan Prancis: Ini Kegilaan Teroris Islam
AP
Dunia

Macron menegaskan bahwa Prancis tidak akan takut dengan tindakan terorisme. Ia juga menyebut Prancis akan tetap memegang nilai-nilai sekularisme dan liberalisme.

WowKeren - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut penyerangan di Gereja Notredame Basilica di Nice adalah tindakan gila teroris Islam. Dia lantas menyatakan tak akan menyerah menghadapi terorisme.

"Kegilaan teroris Islam," kata Macron, sebagaimana dikutip dari CNN. Penyerangan itu sendiri membuat tiga orang tewas. Satu di antaranya dipenggal oleh pelaku yang diduga kuat warga Tunisia.

Macron menegaskan bahwa Prancis tidak akan takut dengan tindakan terorisme. Prancis akan tetap memegang nilai-nilai sekularisme dan liberalisme. "Sekali lagi, pagi ini, tiga warga kami menjadi korban di Nice dan sangat jelas bahwa Prancis sedang diserang," lanjut Macron.

Macron lalu menyampaikan belasungkawa kepada seluruh umat Katolik atas pembunuhan yang baru saja terjadi. Dia juga meminta agar setiap penganut agama saling bersatu dan jangan sampai ada perpecahan satu sama lain.

Di sisi lain, penyerangan terjadi di Gereja Notredame Basilica, Nice, Prancis. Tiga orang meregang nyawa. Satu diantaranya dipenggal oleh pelaku yang sudah ditangkap aparat setempat.

Pelaku diduga kuat warga Tunisia berusia 21 tahun bernama Brahim Aouissaoui. Dia dikabarkan baru tiba di Prancis pada pekan awal bulan Oktober lalu. Wali Kota Nice, Christian Estrosi menyebut serangan ini sebagai serangan fasis Islam.

"Pelaku terus mengulang "Allahu Akbar' bahkan saat diobati karena terluka akibat penangkapan," kata Estrosi kepada wartawan di lokasi kejadian.


Sebelumnya, Prancis memang menjadi sorotan dunia karena Presiden Macron menyebut Islam tengah mengalami krisis. Dia juga menuding Islam bertekad mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekularisme di Prancis.

Kisruh ini bermula setelah majalah satire Prancis, Charlie Hebdo, mengumumkan menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad pada September lalu. Penerbitan ulang dilakukan untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka terkait karikatur itu pada 7 Januari 2015 silam.

Ketika itu, 12 orang termasuk beberapa kartunis terkemuka, tewas dalam serangan yang dilakukan dua bersaudara, Said dan Cherif Kouachi, di kantor Charlie Hebdo, Paris.

Sejumlah politikus Prancis, terutama partai sayap kanan Front Nasional pimpinan Marine Le Pen, mendukung penerbitan karikatur itu serta menghubungkan aksi teror dengan ajaran Islam dan menyuarakan ujaran anti-Islam. Sementara, Presiden Macron menyatakan tidak bisa mencampuri keputusan redaksional majalah dengan dalih kebebasan berekspresi.

Selain itu, ada insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty, oleh Abdoullakh Abouyezidovitch, seorang remaja berusia 18 tahun yang merupakan pendatang dari Chechnya, di kota kecil Conflans-Sainte-Honorin, Val d'Oise, Prancis, pada Jumat (16/10).

Guru sekolah menengah itu disebut sempat menggelar diskusi soal kartun Nabi Muhammad dengan para muridnya. Pelaku kemudian ditembak mati polisi.

Setelah insiden itu Macron berpendapat tentang, "Dibunuh karena para umat muslim menginginkan masa depan kita". Sejak itu Macron mendapat kritik dari berbagai pihak.

(wk/luth)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru