Buntut Lockdown di Tiongkok Tingkatkan Kecemasan Pasar Global Atas Invasi Rusia
AP/Ng Han Guan
Dunia

Selain menerapkan lockdown, Tiongkok juga masih dengan ketat memberlakukan kebijakan 'Nol COVID-19'. Hal ini lantas membawa dampak bagi perekonomian global.

WowKeren - Tiongkok saat ini diketahui kembali menerapkan kebijakan penguncian COVID-19 atau lockdown. Penguncian dua fase terhadap 26 juta penduduk Shanghai itu menguji batas strategi garis keras Tiongkok "nol COVID-19", yang mengguncang pasar jauh melampaui batas negara.

Adapun kota terbesar di Tiongkok pada Selasa (29/3), diketahui memasuki hari kedua fase pertama penguncian, yang meliputi distrik keuangan Pudong, dan daerah sekitarnya di sisi timur sungai Huangpu yang membagi pusat keuangan, manufaktur, dan perdagangan.

Dengan transportasi umum yang ditangguhkan dan jembatan, serta terowongan yang menghubungkan kedua sisi kota ditutup, maka jalan-jalan kota yang biasanya ramai, termasuk Bund tepi sungai yang terkenal di Puxi, akan bangunan bersejarahnya yang berusia seabad, kini menjadi sangat sepi.

Tidak hanya itu, lockdown yang diterapkan di Tiongkok tampaknya juga menambah kecemasan di pasar keuangan atas invasi Rusia di Ukraina. Di antaranya adalah upaya Federal Reserve untuk mendinginkan lonjakan inflasi dengan menaikkan suku bunga dan tabungan ekonomi lainnya.


Sementara itu, reaksi pasar termasuk mengalami penurunan 7 persen pada harga minyak per Senin (28/3), di London, tidak mencerminkan "kenyataan sebenarnya dari situasi," tetapi investor sudah gelisah tentang Tiongkok dan ekonomi global. Hal ini disampaikan oleh Michael Every dari Rabobank.

"Kami memiliki segunung masalah yang perlu dikhawatirkan, dan ini hanyalah satu di antara banyak masalah lainnya," ujar Every dalam keterangannya, dilansir Selasa (29/3). "Jika hanya itu, penguncian COVID-19, tidak sulit untuk melihat buku-buku sejarah baru-baru ini dan melihat bagaimana hasilnya. Tapi ini berhubungan dengan banyak masalah lain."

Adapun keputusan Tiongkok dalam memberlakukan lockdown itu dikarenakan tingginya penyebaran subvarian Omicron BA.2 yang baru secara luas disebut sebagai penyebab lonjakan kasus COVID-19 di negara tersebut.

Meski demikian, efek penyebaran COVID-19 di Shanghai masih terbilang kecil dibandingkan dengan di kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun 2019 lalu.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait