WowKeren - Paula Verhoeven hingga kini masih tutup mulut perihal isu cerai dengan Baim Wong. Di sisi lain, Paula sempat curcol soal hal tersulit yang ia hadapi dalam membina rumah tangga dengan Baim Wong.

Rupanya, tantangan terbesar dalam pernikahan dengan Baim adalah soal ego. Paula menyadari jika ia dan Baim butuh adaptasi untuk menyatukan dua pikiran yang berbeda.

"Ego," kata Paula ketika ditanya hal tersulit itu saat podcast bareng Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar. "Dia biasa mandiri dan menikah umur 37 tahun. Atta aja yang 26 tahun untuk menyatukan dua pikiran jadi satu kan nggak gampang, apalagi ini lebih mature. Apalagi ini sukses juga, punya jalannya masing-masing. Dia juga sukses, aku juga sukses, jadi untuk nyatuinnya itu butuh proses, butuh penyesuaian."

Meski begitu, Paula memantapkan diri jika ia bisa menjalani pernikahannya dengan Baim. Ia juga meyakini jika suami istri tak selalu sama.

"Tapi pas aku nikah, aku udah percaya sendiri. Aku bilang gini dalam hati aku, 'Namanya pernikahan, mau suami istri secocok apapun, kayak hobinya sama, apa semuanya sama, itu kita nggak akan pernah cocok. Jadi kita gimana caranya toleransi aja'."

Sementara itu, sopir Baim, Slamet, sempat buka suara terkait tempat tinggal majikannya. Karena kesibukan promo film "Lembayung", Slamet menyebut jika Baim kini tinggal di kantornya.

"Mas Baim tinggalnya di kantor, kalau Mbak Paula di rumah," kata Slamet. "Pulang ke rumah itu kadang-kadang, mau pulang ke kantor atau di rumah sesuka dia apalagi kantor sendiri dan bebas saja. Kalau Paula tinggal di rumah enggak di kantor. Doakan saja buat yang terbaik untuk mereka berdua. Semoga mereka berdua diberikan hidayah, manusia kalau dapat hidayah semua pasti beres, setiap hari harus ada hidayah."

Slamet juga menyangkal tegas soal Baim punya tabiat pelit. Slamet membeberkan Baim berjiwa sosial dan bukan tipe pria temperamen.

"Itu fitnah. Dia (Baim Wong) itu masyaallah baik banget orangnya," seru Slamet. "Saya sudah direnovasi rumah, saya sudah menunaikan ibadah Umrah. Kebaikan yang diberikan Mas Baim tidak bisa dilupakan. Dia berbuat baik tanpa pamrih, dia enggak pelit. Bahkan, Mas Baim suka tiba-tiba ngasih, asli dia baik banget. Semoga Allah membalas kebaikan dia. Kalau dibilang tempramental itu tidak, ya. Saya sebagai orang yang bekerja dengannya Mas Baim tidak seperti itu orangnya. Kalau marah itu wajar, kalau pun marah itu sebatas di bibir saja tidak sampai ke hati. Namanya juga manusia, jadi hal wajar. Dia (Baim) kalau marah itu enggak lama cuma sebentar."