WHO Sebut COVID-19 Masih Panjang, Peringatkan Kemungkinan Varian Baru yang Lebih Berbahaya
pixabay.com/Ilustrasi/BlenderTimer
Dunia

Pada awal pandemi, hanya ada satu varian virus COVID-19 yang muncul. Namun saat virus ini mulai menyebar ke seluruh dunia, ia bermutasi hingga menumbuhkan ribuan versi baru.

WowKeren - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengeluarkan peringatan terkait COVID-19. Pada Kamis (15/7), mereka mengatakan bahwa pandemi COVID-19 yang melonjak di sejumlah bagian dunia bisa meningkatkan kemungkinan varian baru yang berpotensi berbahaya.

Profesor Didier Houssin, ketua Komite Darurat COVID-19 WHO menyampaikan kabar yang mungkin akan membuat patah hati siapa saja yang mengharapkan pandemi segera berlalu. Ia mengingatkan bahwa pandemi masih jauh dari kata selesai. "Pandemi belum selesai," katanya.

Lonjakan global terkait kasus baru telah menyoroti tantangan berkelanjutan yang disebabkan oleh pandemi. Di Afrika, kasus COVID-19 telah melampaui puncak gelombang kedua mereka selama tujuh hari yang berakhir pada 4 Juli. Sementara itu, jumlah kematian minggu ini naik hingga 40 persen.

Pada awal pandemi, hanya ada satu varian virus COVID-19 yang muncul. Namun saat virus menyebar ke seluruh dunia, ia bermutasi, menumbuhkan ribuan versi baru. Bahkan beberapa di antaranya lebih menular daripada yang asli.


Saat ini, ada empat varian yang menjadi perhatian dunia, yang diberi label oleh WHO menggunakan alfabet Yunani. Yang terbaru, varian delta yang pertama kali terdeteksi di India, telah menyebar di lebih dari 111 negara.

Varian ini bertanggung jawab atas hampir 60 persen dari semua kasus di AS. "Kami berharap itu menjadi strain dominan yang beredar di seluruh dunia, jika belum," kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

WHO memperingatkan jika virus terus menyebar, maka varian baru mungkin akan muncul ke depannya. Tidak menutup kemungkinan, varian ini bisa saja akan lebih sulit untuk dikendalikan.

Vaksin adalah salah satu alat paling penting di dunia untuk mencegah penyebaran varian SARS-CoV-2 saat ini, memberikan virus lebih sedikit kesempatan untuk berevolusi menjadi varian baru.

Namun sayangnya, sejumlah negara masih mengalami kekurangan stok vaksin. Secara global, menurut Lab Data Perubahan Global Universitas Oxford, hanya 25,8 persen populasi dunia yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait